Dientry oleh Rizda - 07 March, 2017 - 1374 klik
Dukung Prinas, P3HH Kembangkan Aplikasi Arang Terpadu pada Demplot Tanaman Padi Organik di Cianjur

P3HH (Cianjur, 06/03/2017)_Untuk mendukung prioritas nasional (prinas) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bidang pengembangan desa dan kawasan pedesaan, Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) menyelenggarakan kegiatan Pilot Iptek Aplikasi Pengembangan Arang Terpadu di Cianjur, Jawa Barat.

Pengembangan arang terpadu yang diaplikasikan pada demplot tanaman padi milik anggota Kelompok Tani Itikurih di Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur ini merupakan lanjutan tahun 2016 lalu. Sebelumnya, pengembangan arang terpadu ini dilakukan di demplot tanaman padi organik dengan mengaplikasikan Arang Kompos Bioaktif (Arkoba) sebagai pupuk organiknya dan asap cair (cuka kayu) sebagai pengusir/pengendali hama tanamannya.

“Padi yang ditanam di demplot seluas 2 ribu m2 tersebut adalah varietas Ciherang dengan perlakuan dosis pemberian pupuk organik Arkoba sebagai pupuk dasar sebanyak 600 kg/2 ribu m2 atau 3 ton/ha, yang diikuti dengan penyemprotan asap cair seminggu sekali,” kata Dra. Gusmailina, M.Si, peneliti P3HH di Cianjur, Kamis (2/3) saat menghadiri panen padi pada demplot tersebut.

Arkoba adalah produk dari teknologi arang terpadu yang merupakan gabungan arang dan kompos yang dihasilkan melalui proses pengomposan. Arkoba ini merupakan lanjutan dari pengembangan fungsi dan manfaat arang yang sebelumnya hanya sebatas bahan bakar energi.

Gusmailina menjelaskan, selain meningkatkan kualitas dari kompos tersebut, penambahan arang pada pupuk kompos ini dapat menambah jumlah dan aktivitas mikroorganisme yang berperan, sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat. Dengan begitu, Arkoba mampu menyuburkan tanah dan cocok digunakan untuk kegiatan rehabilitasi/reklamasi lahan-lahan kritis dan asam yang makin meluas di Indonesia.

Dari beberapa ujicoba yang dilakukan, baik di laboratorium maupun di lapangan, pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos menunjukkan peningkatan hingga dua kali lipat dibanding yang tidak diberi arang kompos. Hal ini disebabkan pemberian arang kompos pada tanah dapat menambah ketersediaan unsur hara tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta dapat menurunkan keasaman tanah dan nilai kapasitas pertukaran kation (KTK) tanah.

“Dari hasil pengamatan di demplot tersebut, walaupun hasil panen padi pada demplot aplikasi Arkoba dan asap cair musim panen tahun 2017 ini mengalami penurunan dibandingkan musim panen 2016 lalu, yang diakibatkan kondisi musim hujan yang ekstrim, akan tetapi pengaruh penggunaan pupuk organik Arkoba dan obat pengendali hama tanaman organik asap cair (cuka kayu) hasil penelitian P3HH Bogor, masih menghasilkan nilai keuntungan jika dibandingkan menggunakan pupuk dan obat kimia,” kata Mang Ade, Ketua Kelompok Tani Itikurih Cianjur sekaligus penggarap sawah demplot tersebut.

Menurut Mang Ade, keuntungannya karena padi organik memiliki harga jual yang tinggi dan rendemen berasnya lebih tinggi. Pada demplot seluas 2 ribu m2, musim panen kali ini menghasilkan padi sebanyak 779 kg dengan rendemen beras mencapai 65 kg per kwintalnya.

"Hasil ini memang turun dibandingkan musim panen sebelumnya pada Agustus 2016 yang bisa menghasilkan 1.020 kg. Namun masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian pupuk kimia dan herbisida/insektisida, yang rendemen berasnya rata-rata sekitar 50kg/kwintal. Dengan demikian ada selisih hasil beras sebanyak 15 kg per kwintalnya,” kata Gusmailina menambahkan.

Terkait pengembangan arang terpadu, tahun 2017 ini, arkoba dan cuka kayu akan diujicobakan pada tanaman kopi di Cianjur, dan pada tanaman pertanian lainnya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dan KPHP Lakitan di Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.***Erna Murtiningsih & ATH

Penulis : Erna Murtiningsih