- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Rizda -
13 October, 2017 -
1471 klik
Pengelolaan DAS Sangat Strategis dalam Pembangunan Kehutanan
BP2TPDAS (Solo, 09/10/2017)_Dalam konteks DAS, hutan berfungsi sebagai natural water resources infrastructure. Berdasarkan hal tersebut, posisi pengelolaan DAS sangat strategis dalam pembangunan kehutanan. Hal ini disampaikan Kasubdit Pemolaan Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian (PEP) DAS, Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, Dr. M. Saparis Soedrajat, S.Si., M.T., narasumber Alih Teknologi Mitigasi Banjir Bandang di Hotel Lorin, Solo, Jumat (06/10).
“Dalam konteks DAS, hutan berfungsi sebagai natural water resources infrastructure yang mempengaruhi rona wilayah secara menyeluruh, baik kemampuannya dalam penyediaan air, mempengaruhi daya rusak air, bahkan peran besarnya dalam membentuk iklim mikro,” kata Saparis.
Berdasarkan hasil penghitungan kapasitas tampung Taman Nasional Bogani Nani Wartanone di hulu DAS Bolango menunjukkan bahwa kemampuan hutan dalam menyimpan air lebih tinggi daripada waduk buatan seperti Waduk Gajah Mungkur.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa hutan merupakan green dam yang peran atau fungsinya tidak bisa digantikan waduk buatan,” kata tegasnya.
Untuk itu, pengelolaan DAS harus difokuskan pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi yang secara ekologis berdekatan dengan wilayah hutan. Selain itu, pengelolaan DAS merupakan langkah yang tepat dalam pemenuhan barang dan jasa tanpa merusak tanah, air dan sumberdaya alam lainnya, sehingga penting untuk menjamin ketahanan pangan dalam konteks hulu-hilir.
Oleh karena itu, Saparis mengajak kepada seluruh peserta BPDASHL yang hadir pada kegiatan altek mitigasi banjir bandang untuk melakukan kegiatan rehabilitasi atau reboisasi tidak hanya sekedar menanam saja. Lebih dari itu melihat kondisi daerah serta pemanfataan atau kemanfaatan dari kegiatan menanam tersebut.
Saparis berharap dengan hal tersebut maka akan mengubah pola pikir dan pandangan masyarakat di luar kehutanan bahwa hutan itu mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting untuk memenuhi jasa yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada kehidupan manusia.
“Buka mindset kita bahwa saat ini, kita tidak saja menanam tetapi lihat pemanfaatan atau kemanfaatannya,” kata Saparis.
Menurutnya, luas hutan minimal atau tutupan vegetasi permanen seharusnya 30% dari luas daratan yang ada. Apabila hutan ditebang sehingga luasnya kurang dari 30% maka akan meningkatkan laju sedimentasi yang akhirnya akan meningkatkan bencana. Hal ini juga menjadi indikator bahwa DAS dalam kondisi tidak sehat.
“Untuk itu, mulai saat ini kita harus berpikir landscape. Selain itu, kita harus segera mulai untuk melaksanakan sustainable forest,” kata Saparis.***
Sumber Artikel:
Re-Orientasi Pengelolaan DAS, mengapa perlu, bagaimana dan apa yang dilakukan oleh Dr. M. Saparis Soedrajat, S.Si., M.T pada saat Altek Mitigasi BAnjir Bandang, Solo, 6/10/2017
Artikel Terkait:
BP2TPDAS Diseminasikan Hasil Riset Mitigasi Banjir Bandang Ke BPDASHL
Informasi Lebih Lanjut:
Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (BPPTPDAS)
Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id atau http://balitekdas.org
Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp. 0271 - 716709, Fax. 0271 – 716959