Dientry oleh Rizda - 01 November, 2017 - 3569 klik
BP2LHK Aek Nauli dan KPH Wilayah IX Penyabungan Adakan Alih Teknologi Budidaya Lebah Madu

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, 25/10/2017)_Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli bekerjasama dengan UPT KPH Wilayah IX Penyabungan dan Balai Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP) Wilayah II menggelar Alih Teknologi Budidaya Lebah Madu pada 16-20 Oktober 2017.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai manajemen koloni lebah ternak dan lebah hutan; meningkatkan pengetahuan tentang budidaya lebah madu; dan menciptakan lapangan pekerjaaan serta meningkatkan penghasilan bagi masyarakat desa khususnya di kawasan KPH Wilayah IX Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal  (Madina) Sumatera utara.

Untuk ini, Pratiara, S.Hut, M.Si, Kepala BP2LHK Aek Nauli menugaskan Aam Hasanudin, S.Hut, Teknisi Litkayasa yang ahli di bidang lebah madu sebagai narasumber untuk melatih masyarakat desa.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Muliawan, SP selaku Kepala Seksi Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat. Muliawan berharap, dengan tingginya nilai ekonomi lebah madu dan adanya pelatihan ini, nantinya masyarakat dapat mengembangkan kegiatan budidaya lebah madu sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan membantu perekonomian masyarakat. Dengan demikian visi-misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan “Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera” bisa tercapai.

Pada hari pertama peserta melakukan pengenalan dan diberikan materi tentang sumber daya alam dan potensi yang ada di Madina. Disampaikan juga tentang manajemen koloni lebah madu, penangkaran ratu lebah, tanaman pakan lebah, pemanen produk lebah, praktek pembuatan peralatan lebah liar, praktek penangkaran lebah liar, memberikan materi jenis-jenis lebah, jenis madu, hingga pemasarannya.

“Madu adalah sumber vitamin yang kaya akan nutrisi dan baik untuk tubuh, namun ketersedian madu tersebut masih terbatas/sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan pasar,” kata Aam saat pemaparan materi.

Materi yang disampaikan di hari berikutnya adalah cara pembuatan sarang lebah/stup lebah madu ternak yang terbuat dari papan dan beberapa profil kayu agar menjadi kotak lebah atau yang disebut dengan stup. Hal ini sangatlah penting agar lebah merasa aman dan menghasilkan madu yang cukup banyak serta untuk mempermudah saat pemanenan madu tersebut.

Stup berfungsi sebagai penjaga kesetabilan suhu dari suhu yang extrem maupun angin yang terlalu kencang. Oleh karena itu, teknik pembuatan stup ini harus benar-benar dipahami agar lebah-lebah tersebut dapat beraktifitas bebas seperti di alam liar yang nantinya dapat memperbanyak jumlah koloni lebah yang berpengaruh dengan jumlah madu yang akan dihasilkan dari stup.

Setelah mendapatkan materi dan praktek yang cukup, peserta langsung menuju salah satu lokasi praktek lapangan di Desa Bange, Kecamatan Siabu, Madina untuk segera mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat pada kegiatan pelatihan ini. Masyarakat desa cukup responsif mengikuti kegiatan ini dan diskusi berlangsung lancar. Disamping itu dengan adanya pelatihan ini peserta sudah tidak takut tersengat oleh lebah.

Jhon Henri, salah satu peserta mengungkapkan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada pemerintah atas kepeduliaannya sehingga terselenggara alih teknologi budidaya lebah madu ini.

“Kegiatan ini sangatlah berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan berharap kepada pemerintah agar memberikan informasi kepada masyarakat langsung ke desa-desa mengenai kegiatan seperti ini agar masyarakat lebih memahami dan merasakan manfaat pengetahuan tentang ”Hutan Bagi Masyarakat” baik itu ilmu dan informasi,” kata Jhon.

Alih teknologi budidaya lebah madu yang dilaksanakan di Aula Hotel Abara Penyabungan ini diikuti 50 orang peserta yang merupakan masyarakat desa sekitar KPH Wilayah IX Penyabungan, tenaga pendamping masyarakat, dan pegawai KPH IX serta dari P4S Jujur Jaya Bange.***NN

Penulis : Novrianty Nainggolan