Dientry oleh Rizda - 13 November, 2017 - 1264 klik
Kapus KLL: Branding Berperan Penting dalam Mempromosikan Hasil Penelitian

BP2TSTH Kuok (08/11/2017)_Branding berperan penting dalam mempromosikan hasil penelitian. Ini disampaikan Kepala Pusat Litbang Kualitas Lingkungan dan Laboratorium, Dr. Wahyu Marjaka, M.Eng. pada pembinaan pegawai di kantor Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) di Kuok, Riau, Rabu (08/11).

“50 – 60 ton madu murni dihasilkan oleh petani lebah madu dan telah berjalan sekian tahun, namun belum memiliki branding yang kuat. Kita harus mengangkat branding ini ke level yang benar-benar bagus, dan tentunya perlu kerjasama dengan berbagai pihak,” kata Wahyu.

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan, seyogyanya langsung menyentuh wilayah publik, langsung menyentuh kepentingan-kepentingan publik serta bersifat responsif untuk publik.

“Harapannya, tahun 2018 sudah ada 1 – 2 branding yang muncul dari BP2TSTH Kuok karena dengan adanya  suatu brand, maka akan menunjukkan image, nama dan kualitas produk sehingga memudahkan masyarakat untuk mengenali suatu produk,” tambah Wahyu.

Menurut Wahyu, BP2TSTH Kuok menempati posisi yang sangat strategis. “Walaupun secara mandat penugasan adalah penelitian berkaitan dengan teknologi serat tanaman hutan, tetapi tidak boleh mengabaikan isu-isu strategis di daerah Riau terutama yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan juga pengelolaan kawasan gambut, ini yang menjadi perhatian saya,” kata Wahyu.

Diinformasikan, berbagai penelitian dan pengembangan terkait dengan kebakaran hutan dan lahan serta pengelolaan kawasan gambut telah dilakukan. Untuk itu, BP2TSTH Kuok harus memiliki keunikan yang lebih dibandingkan dengan tempat lain, sehingga harus memiliki “branding” khusus. Salah satu yang dapat diangkat adalah adalah isu strategis nasional seperti kebakaran hutan dan pengelolaan wilayah gambut khususnya di Propinsi Riau.

Sebelumnnya, Kepala BP2TSTH Kuok, Mochlis mengatakan beberapa kerjasama antara BP2TSTH Kuok dengan pihak luar tengah dilaksanakan, tentunya hal tersebut dapat dikaitkan satu sama lain. "Seperti peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan hutan melalui budidaya lebah madu untuk mengurangi interaksi masyarakat terhadap hutan yang harus dibarengi dengan pengkayaan jenis tanaman endemik lokal agar terwujud pengelolaan hutan yang lestari, terhindar dari bahaya kebakaran,” kata Mochlis.

Sebelum melakukan pembinaan pegawai, Wahyu terlebih dahulu melakukan penanaman bibit gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) di arboretum BP2TSTH Kuok dan pemanenan madu dari jenis lebah Trigona Sp.***ASY

Penulis : Andika Silva