SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Rizda -
14 November, 2017 -
1884 klik
Dekat Jalan Raya, Tingkat Kebisingan 3 Sekolah di Jakarta, Bogor dan Bandung Melebihi Nilai Baku
P3KLL (Serpong, 13/11/2017)_Tahun 2016, tim Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada tiga sekolah di Jakarta, Bogor dan Bandung yang lokasinya berdekatan dengan jalan raya. Hasilnya, lebih dari 73 dBA, dengan tingkat bising di dalam kelas adalah sebesar 58 dBA, melebihi nilai baku.
Hal ini mengingat regulasi mengenai kebisingan untuk peruntukan kawasan sekolah masih menggunakan metode pengukuran yang dilakukan selama 24 jam dengan nilai tingkat baku tingkat kebisingan sebesar 55 dBA.
Akibatnya, proses kegiatan belajar - mengajar terganggu karena kejelasan percakapan dan konsentrasi siswa dalam menerima materi terganggu. Hal ini dapat disikapi guru dengan menaikkan intonasi suara yang membutuhkan energi lebih untuk mengimbangi bising yang ada dalam kelas terutama untuk siswa yang duduk di belakang. Namun, hal ini tidak baik karena berdampak pada guru yang kelelahan dalam mengajar.
Sebagaimana diketahui, jika menggunakan grafik tingkat kejelasan percakapan, jarak ideal pengajar untuk menyampaikan materi tanpa menaikkan suara adalah sejauh 1 meter dari penerima dengan panjang kelas antara 9 - 10 meter.
Menurut peneliti dan tim pengukuran ini, beberapa faktor penyebab tingginya kebisingan ini adalah jarak yang terlalu dekat antara sebagian gedung sekolah terhadap sumber kebisingan; orientasi facade (fasad) bangunan yang memiliki peredaman bising yang rendah; dan adanya bukaan (ventilasi/jendela) yang menghadap langsung ke sumber bising; serta padatnya volume kendaraan yang melintas.
Pembangunan gedung sekolah pada umumnya berada di lokasi yang strategis namun memiliki kekurangan pada fasad model muka gedung yang umumnya memiliki tingkat insulasi suara yang rendah dan mengandalkan ventilasi natural. Keadaan ini diperburuk dengan letak dan orientasi gedung sekolah yang berhadapan dengan jalan raya.
Untuk mengurangi dampak gangguan bising yang bersumber dari lalu lintas, disarankan perlu dilakukan upaya mitigasi terhadap salah satu atau seluruh unsur perambatan bunyi (sumber, penghantar dan penerima) bergantung pada situasi sumber bising dan kondisi bangunan gedung sekolah.***RM