Dientry oleh Rizda - 16 November, 2017 - 2636 klik
Kolaborasi Merajut Masa Depan Rawa Pening

Balitek DAS (Solo, 10/11/2017)_Danau Rawa Pening merupakan salah satu tempat ekowisata di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasinya sangat strategis dan airnya dahulu terkenal sangat bening. Namun, Danau Rawa Pening menyimpan banyak masalah dalam pengelolaannya yang harus segera diatasi. Terkait hal tersebut, Program Doktor Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) dengan Balai Litbang Teknologi Pengelolaan (Balitek) DAS Solo berkolaborasi menyelenggarakan Workshop “Merajut Masa Depan Danau Rawa Pening” di Gedung A Sekolah Pasca Sarjana UNDIP, Semarang, Rabu (25/10). 

Workshop ini dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta undangan dari berbagai intansi yang terlibat dalam pengelolaan Rawa Pening, yaitu Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Jratunseluna, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Tata Ruang (PSDA-TR) Propinsi Jawa Tengah, Kepala Balai Pengelolaan DAS-Hutan Lindung (BPDAS-HL) Jratunseluna, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPPT) Jawa Tengah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Propinsi Jawa Tengah, Dinas LHK Kabupaten Semarang, dan akademisi dari Sekolah Pascasarjana Undip dan Universitas Gadjah Mada, serta perwakilan dari PT. Sido Muncul. 

“Rawa Pening berasal dari kata bening, namun saat ini benar-benar bikin pening. Banyak masalah yang dihadapi karena banyaknya para pihak terkait,” kata Prof. Dr.Ir. Purwanto, DEA selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Undip, saat membuka acara.

Bahkan menurutnya, telah banyak penelitian yang telah dilakukan mulai tahun 1970an dan belum bisa menyelesaikan masalah yang ada di Danau Rawa Pening. Pada tahun 1970 telah ada penelitian yang menemukan beberapa semburan gas di Rawa Pening. Pada tahun 2000, United Nations Environment Programme (UNEP) telah menerbitan buku hasil investagasi di Danau Rawa Pening yang menyoroti pengelolaan di danau tersebut. 

“Semoga workshop ini benar-benar menghasilkan khasanah tentang Rawa Pening, tidak hanya mengungkap masalah tetapi juga bagaimana menyelesaikan masalah,” harap Purwanto.

Prof. Sudharto P. Hadi, MES., PhD., Pakar Manajemen Lingkungan, Undip menyatakan bahwa Danau Rawa Pening sebetulnya merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak potensi. Tetapi di sisi lain, juga merupakan sumber masalah. 

“Selama ini pengelolaan Rawa Pening masih terhalang adanya ego sektoral, ego kedaerahan, dan ego interest, sehingga perlu menyatukan para pemangku kepentingan dalam suatu Badan Otorita yang memiliki kewenangan mengelola ekosistem Danau Rawa Pening secara terintegrasi. Hal ini perlu dilakukan agar Danau Rawapening yang dahulu bening tak lagi membikin pening,” kata Sudharto. 

Sedangkan Dr. rer. Evi Irawan, M.Sc., Peneliti Balitek DAS Solo menyatakan bahwa Danau Rawa Pening menjadi salah satu indikator keberhasilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Berbagai upaya telah dilakukan, tetapi belum menuntaskan problematikan Rawa pening. 

“Mau tidak mau harus dilakukan suatu adaptasi. Mau tidak mau harus dilakukan kolaborasi pengelolaan. Namun dibutuhkan waktu dan perlu satu fasilitator atau Direktur Jenderal (Dirjen) sebagai motor pengelolaan,” tegas Evi. 

Dalam workshop yang dilaksanakan selama sehari ini, juga disajikan beberapa makalah hasil kajian dan penelitian teknis dari berbagai instansi mengenai aspek kelembagaan, potensi ekowisata, rehabilitasi sempadan, keanekaragaman vegetasi, nilai finansial eceng gondok, serta potensi perikanan di Danau Rawa Pening. Makalah yang disajikan dalam workshop ini rencananya akan diterbitkan menjadi sebuah bunga rampai dalam bentuk buku.***Faiqotul Falah

Penulis : Faiqotul Falah