Dientry oleh Rizda - 15 December, 2017 - 2390 klik
Tiga Pemakalah Wanita Menutup Seminar Internal BP2TPTH Tahun 2017

BP2TPTH (Bogor, 13/12/2017)_Seminar internal yang diadakan Balai Litbang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BP2TPTH) sudah memasuki kegiatan seminar yang ke-10 (sepuluh) atau yang terakhir untuk tahun 2017. Berbeda dengan seminar-seminar sebelumnya, seminar internal ini berjalan dengan tiga pemakalah dan semuanya adalah peneliti wanita.

Menurut rencana, seminar ke sepuluh yang diselenggarakan pada Senin (21/11) ini akan ada empat pemakalah yaitu Dr. Drs. Agus Astho Pramono, M.Si dengan judul “Sumber keragaman ukuran benih mahoni serta pengaruhnya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit”; Desmiwati, S.Sos, M.E dengan judul “Analisis pengaruh kemampuan, usaha dan dukungan balai terhadap kinerja buruh harian lepas pada persemaian permanen cimanggis”; Ir. Eliya Suita dengan judul “Mutu benih kilemo dataran tinggi di Jawa Barat dan Sumatra Utara”; dan Dr. Aam Aminah, S.Hut, M.Si dengan judul “Tapak tumbuh Pongamia (Pongamia pinnata (L.) Pierre) sumber bahan baku biodiesel”. Akan tetapi karena sesuatu hal, Dr. Agus Astho tidak bisa hadir dan mempresentasikan makalahnya.

Seminar internal ini, selain dihadiri oleh peneliti, teknisi dan pejabat struktural lingkup BP2TPTH juga hadir beberapa undangan dari instansi lainnya yaitu Muhammad Jono dari Dinas Pertanian Kota Bogor, Sarah Widyatami dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Rudi Hermawan dari SMK Bakti Rimba, Prof. Dr. Ombo Satjapradja dari Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa (UNB) dan Dewi Wulandari dari SEAMEO Biotrop.

Kehadiran berbagai instansi dari luar BP2TPTH membuat suasana diskusi menjadi semakin menarik, dengan berbagai pertanyaan, saran dan masukan yang dilontarkan peserta mengenai tema yang diangkat ketiga pemakalah. Sebagai moderator pada sesi kali ini adalah Ir. Naning Yuniarti.

Prof. Ombo dari UNB menanyakan tentang penelitian mengenai Buruh Harian Lepas (BHL) di persemaian permanen (PP) masih sangat jarang. “Bagaimana sebaiknya jika salah scope penelitiannya diperluas jangan hanya di PP milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saja, melainkan juga milik BUMN seperti Perhutani dan milik swasta, yang biasanya skalanya lebih luas,” tanya Prof. Ombo.

“Apa keunggulan malapari dibanding jenis tanaman lain yang lebih dahulu dipopulerkan sebagai sumber energi alternatif (biodisel) seperti jarak pagar?,” pertanyaan lainnya dari Rudi Hermawan, SMK Bakti Rimba.

Seminar internal kali ini dibuka dan ditutup oleh Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian (DISP), Rudi Suryadi mewakili Kepala Balai. “Diharapkan kegiatan seminar internal ini nantinya akan tetap dilaksanakan kembali pada tahun 2018 mendatang dan kehadiran berbagai stakeholder tetap dinantikan karena semakin mengkayakan diskusi dalam forum,” kata Rudi Suryadi sebelum menutup acara.***YN & DSM

Penulis : YN & DSM