Dientry oleh Author - 05 January, 2018 - 1882 klik
Sosialisasi Penanganan Konflik Manusia dan Satwa Liar Buaya Muara di Kawasan Teluk Balikpapan

Balitek KSDA (Kenangan, 04/01/2018)_Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) bekerjasama dengan PT. ITCI Kartika Utama, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) melakukan sosialisasi penanganan konflik antara manusia dan satwa liar buaya di Kenangan PT. ITCI Kartika Utama (PT. ITCI KU), Senin (18/12/2017).

Pada Oktober 2017, terdapat laporan kejadian manusia dimakan Buaya Muara di kawasan Teluk Balikpapan. Tepatnya di antara desa Pantai Lango dengan desa Mentawir. Hal inilah yang mendorong diadakannya kegiatan sosialisasi tersebut.

Selain dihadiri staf BKSDA KALTIM dan BP2TKSDA, kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh perwakilan desa di sekitar PT ITCI KU yaitu desa Telemow, Kelurahan Pemaluan, Kelurahan Maridan, dan Desa Binuang.

Sosialisasi ini dilakukan karena adanya fakta bahwa akhir-akhir ini di wilayah sekitar Teluk Balikpapan telah terjadi konflik antara  manusia dan satwa liar buaya muara. Hal tersebut disebabkan oleh  persaingan atau perebutan ruang antara buaya dan manusia, perebutan pakan, dan pertumbuhan populasi manusia yang cepat", kata Dr Ishak Yassir. Hal ini dibenarkan oleh Leo Husker, seorang pemerhati satwa liar asal Belanda yang juga berkesempatan hadir dalam acara tersebut. 

Kawasan Teluk Balikpapan, merupakan suatu kawasan yang berada di Kota Balikpapan dan Kab. Penajam Paser Utara. Di kawasan Teluk Balikpapan memiliki keanekaragaman yang unik, terutama faunanya, bukan hanya sebagai habitat Bekantan karena didominasi vegetasi Mangrove, tapi juga terdapat Buaya Muara. 

Bapak Dadang Suryana dari Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur yang hadir sebagai narasumber utama menjelaskan konflik buaya dan manusia di Indonesia bisa dikatakan cukup parah dan telah menimbulkan banyak korban. Beliau berbagi pengalamannya bersama pihak BKSDA NTT dalam penanganan satwa liar khususnya buaya.

Menurut beliau, BKSDA NTT telah memiliki data base terkait konflik buaya dan manusia seperti nama korban, tanggal kejadian, lokasi. Data tentang aktivitas manusia ketika diserang buaya juga dicatat sehingga dapat disusun upaya pencegahan dengan tepat.

Hal tersebut juga perlu dilakukan tim BKSDA Kaltim dengan dibantu masyarakat setempat. Selain itu, Pak Dadang juga menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan agar konflik antara manusia dengan buaya dapat diminimalisir dan manusia dapat hidup harmonis bersama buaya.

Pengalaman-pengalaman yang diberikan Bapak Dadang Suryana tersebut, setidaknya dapat memberikan informasi tambahan bukan hanya ke tim BKSDA Kaltim dan Balitek KSDA Samboja saja, tetapi juga memberikan pengetahuan ke masyarakat setempat bagaimana hidup aman dengan buaya.***IKE&ULFAH