Dientry oleh Author - 05 January, 2018 - 3425 klik
Tipologi Daerah Aliran Sungai, Salah Satu Metode untuk Deteksi Dini Banjir

Balitek DAS (Solo, 03/01/2017)_Masalah banjir merupakan salah satu masalah utama di Indonesia. Masalah ini menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya dengan deteksi dini banjir, yang dilakukan dengan membuat atau menyediakan informasi atau peta areal rentan terhadap banjir. Hal ini dapat dilakukan dengan cepat dan efisien dengan menggunakan tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS), metode yang dihasilkan oleh Ir. Paimin, M.Sc., Pensiunan Peneliti Balai Litbang Teknologi Pengelolaan (Balitek) DAS. 

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Irfan B. Pramono dan Pamungkas Buana Putra, S. Hut., M.Sc dalam  artikelnya yang berjudul Tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk Mitigasi Bencana Banjir di DAS Musi yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (JPPDAS), Vol 1, NO. 2 Tahun 2017. 

“Tipologi DAS yang dikembangkan oleh Peneliti Balitek DAS ini merupakan formula untuk mengidentifikasi kerentanan banjir berdasarkan faktor-faktor sistem lahan, penutupan lahan, curah hujan harian maksimum. Sedangkan analisis dilakukan secara spasial atau pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG),”kata Irfan dalam artikelnya. 

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan bahwa dalam proses identifikasi kerentanan banjir dengan tipologi DAS dapat dilihat dari tingkat kerentanan daerah kebanjiran dan potensi pasokan air banjir. Tipologi kerentanan daerah kebanjiran adalah pendeteksian karakter alami suatu area terhadap kerentanan banjir berdasarkan parameter bentuk lahannya, seperti dataran, cekungan-cekungan maupun kemiringan. Sedangkan tipologi pasokan air banjir merupakan penggambaran spasial suatu area yang menghasilkan respon air hujan berupa aliran banjir sebagai akibat proses dari lahan di suatu daerah tangkapan air. 

“Formula ini telah diujicobakan pada berbagai DAS, salah satunya adalah DAS Musi. Hasilnya terlihat bahwa sebagian besar wilayah DAS Musi masuk kategori daerah yang agak rawan terhadap kebanjiran,” kata Irfan. 

Dari hasil analisis tersebut, juga terlihat bahwa ada dua (2) sub DAS yang rentan banjir, yaitu Sub DAS Komering dan Sub DAS Deras. Hal tersebut didukung oleh kondisi alamiah dari kedua sub DAS tersebut.  Selain itu,  juga ada dua (2) sub DAS pemasok air banjir, yaitu Sub DAS Ogan dan Sub DAS Musi Hulu. Penyebabnya adalah karena curah hujan tinggi pada sub DAS Ogan ataupun tingkat kerentanan lahan yang tinggi pada Sub DAS Musi Hulu. 

“Memperhatikan bahwa proses banjir di DAS Musi yang disebabkan oleh dua (2) variabel yaitu berupa daerah rawan kebanjiran dan daerah rawan pasokan air banjir maka penanganan bencana banjir seharusnya dilakukan secara integratif hulu dan hilir,” kata Irfan. 

Menurutnya, pada daerah hulu dapat dilakukan dengan konservasi tanah dan air, penggunaan vegetasi permanen pada sistem lahan dengan kelerengan >25% (perbukitan dan pegunungan), melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Sedangkan dii daerah hilir dapat dilakukan kegiatan mitigasi berupa peningkatan kapasitas saluran drainase, pembuatan tanggul-tanggul dan tidak melakukan pengurugan terhadap daerah alamiah tampungan air banjir. Kedua kegiatan besar itu dibingkai dengan tata guna lahan yang sesuai dengan daya dukung DAS Musi.*** 

 

Sumber Berita: 

Tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk Mitigasi Bencana Banjir di DAS Musi dalam Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (JPPDAS), Vol 1, NO. 2 Tahun 2017 yang dapat diunduh di http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/article/view/4175/3722 

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

Penulis : BP2TPDAS