Dientry oleh Author - 16 January, 2018 - 6052 klik
Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu

BP2LHK Banjarbaru (Banjarbaru, 15/01/2018)_Pasca kebakaran tahun 2015 lalu, hutan rawa gambut di KHDTK Tumbang Nusa menimbulkan banyak limbah kayu. Untuk memanfaatkan limbah tersebut, teknisi litkayasa BP2LHK Banjarbaru, Riswan Ariani dan Rudi Supriadi bersama peneliti, Purwanto Budi Santosa mengolah limbah kayu menjadi arang dan cuka kayu.

Riswan mengatakan, kebakaran lahan dan hutan rawa gambut di KHDTK Tumbang Nusa tahun 2015 lalu mengakibatkan sebagian areal tersebut terbakar. Limbah kayu pasca kebakaran yang menumpuk merupakan ancaman terhadap terjadinya kebakaran karena melimpahnya biomasa kayu yang ada di permukaan.

“Karenanya kami coba membuat arang dan cuka kayu setelah mendapatkan informasi dari Profesor Riset Gustan Pari,” kata Riswan.

Purwanto menjelaskan, ada 3 jenis limbah kayu yang digunakan sebagai bahan, yaitu jenis Mertibu (Dactylocladus stenotachys), Geronggang (Cratoxylum sp)., dan Meranti bunga (Shorea teysmanniana).

“Dari kegiatan ujicoba tersebut dari 47.73 kg bahan baku, menghasilkan 5,8 kg arang, 1,5 liter cuka kayu, dengan rendemen arang 10,49% dan rendemen cuka kayu 5,31%,” jelas Purwanto.

Lebih lanjut, Rudi menjelaskan alat pembakaran kayu untuk pembuatan arang dan cuka kayu  terbuat dari bahan drum bekas oli dengan tinggi 90 cm dan diameter 60 cm. Pada bagian dasar drum dibuat lobang-lobang berfungsi sebagai  menggunakan bor.

“Pada bawah dibuat  tungku sebagai tempat untuk membakar kayu. Pada bagian atas alat dibuat lubang pembuangan asap berupa cerobong dari bahan pipa diameter 2 inchi, dengan ukuran tinggi 20 cm. Bagian atas drum, dibuat penutup yang dapat dibuka dan ditutup,” jelas Rudi.

Dari hasil kegiatan tersebut, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di sekitar KHDTK Tumbang Nusa, BP2LHK Banjarbaru mengadakan kegiatan alih teknologi (altek) arang terpadu (arang, arang kompos dan cuka kayu) pada Jumat (08/12/2017) dengan mendatangkan Profesor Riset Gustan Pari, peneliti Pusat Litbang hasil Hutan yang merupakan penemu teknologi tersebut selaku narasumber.

Tidak hanya diberikan materi, namun peserta altek mempraktekkan langsung pembuatan arang terpadu tersebut di KHDTK Tumbang Nusa. Mereka sangat antusias untuk mencoba mempraktekkan ilmu yang sudah didapatkan.

Dari 30 peserta altek dibagi  menjadi 3 kelompok dengan masing-masing  menggunakan 1 drum dan tungkunya. Masing-masing kelompok ditantang oleh profesor Gustan, bila diantara mereka yang hasilnya paling banyak dan prakteknya sesuai dengan tata cara yang beliau ajarkan, akan mendaptkan hadiah.  Dan kelompok I yang mendapatkan hadiah spesial dari Profesor Gustan Pari.

Upaya untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat agar menjaga lingkungan di sekitar mereka, khususnya hutan rawa gambut yang sangat rentan terjadi kebakaran, harus terus dilakukan. Pendampingan, sosialisasi dan mekanisme pasar yang stabil sangat diharapkan masyarakat agar upaya mereka memanfaatkan lahan gambut untuk peningkatan ekonomi mereka dapat terus berjalan. Kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah dan elemen masyarakat lainnya menjadi hal yang penting, untuk gambut lestari dan masyarakat sejahtera.***Fzh

Penulis : Fauziah