Dientry oleh Rizda Hutagalung - 23 February, 2018 - 1077 klik
Kupas Hulu Sampai Hilir, BP2LHK Palembang Luncurkan Buku "Bunga Rampai Kayu Bawang"

BP2LHK Palembang (Palembang, Februari 2018)_Baru-baru ini BP2LHK Palembang kembali menerbitkan satu buku bunga rampai yang menambah jumlah koleksi buku ilmiah yang diterbitkannya. Buku  yang merupakan rangkaian dari seri buku terkait jenis kayu andalan Sumatera dan hutan rakyat ini berjudul Bunga Rampai Kayu Bawang.

Bagi masyarakat Bengkulu, kayu bawang ini bernilai tradisional warisan orang tua, sehingga tetap dipertahankan sampai sekarang dengan ditanam disekitar rumah dan kebun. Bahkan, bagi Suku Lebak dan Suku Rejang yang bermukim di wilayah tengah daerah DAS Provinsi Bengkulu, ikatan dengan jenis kayu ini lebih kuat. Pohon ini dianggap sebagai identitas budaya kedua suku tersebut. Ini ditandai dengan berdirinya rumah-rumah panggung kuno berbahan dasar kayu tersebut.

Banyak nama ilmiah berbeda disematkan untuk kayu ini, Azadirachta excelsa (Jack) M. Jacobs, Disoxylum mollissimum Blume maupun Protium javanicum, namun masyarakat Indonesia lebih mengenal jenis kayu ini sebagai kayu bawang.

Potensi ekonomi yang tinggi namun pengelolaan pengembangannya belum optimal menjadi latar belakang penyusunan buku Bunga Rampai Kayu Bawang: Unggulan Hutan Rakyat Sumatera. Buku yang dieditori oleh Herry Suhartoyo dan Nur Arifatul Ulya ini, mengupas hasil-hasil penelitian dan pengembangan BP2LHK Palembang terhadap jenis kayu bawang yang merupakan jenis kayu pertukangan lokal dan sudah ditanam sebagai hutan rakyat terutama di Provinsi Bengkulu. Aspek yang diteliti dan dikembangkan meliputi budidaya, perbenihan, biometrika, perlindungan hutan serta sosial ekonomi dan kebijakan.

Buku ini memuat dua belas tulisan, yang membahas detil kayu bawang dari hulu ke hilir. Pembahasan dari segi silvikultur dibahas di awal buku ini. Sri Utami, Nanang Herdiana dan Agus Sofyan membahas karakteristik dan persyaratan tumbuh kayu bawang. Perbenihan dan pembibitan kayu bawang kembali diulas oleh Nanang Herdiana bersama Agus Astho. Sedangkan teknik silvikultur kayu bawang di KHDTK Kemampo, ditulis kembali oleh Sri Utami, Nanang Herdiana dan Sahwalita.

Tiga tulisan mewakili dari segi biometrika. Hengki Siahaan menyumbangkan hasil penelitiannya di Provinsi Bengkulu dalam dua tulisan yaitu status budidaya dan pola tanam pengembangan kayu bawang dan perencanaan pengelolaan hutan rakyat kayu bawang sebagai jenis unggulan. Tulisan terakhir ini dikerjakannya bersama Agus Sumadi. Tulisan ketiga, kembali disusun oleh Hengki Siahaan bersama Agus Sumadi dan Purwanto. Mereka membahas mengenai pengaturan kerapatan tegakan untuk meningkatkan produktifitas hutan rakyat kayu bawang,

Buku ini juga tidak mengesampingkan perlindungan hama. Ada dua tulisan yang terkait dengan hama yaitu perlindungan kayu bawang dari hama dan penyakit yang ditulis oleh Agus Kurniawan dan Sri Utami, serta teknik pengendalian gulma pada hutan tanaman kayu bawang yang dikupas oleh Andika Imanullah dan Agus Kurniawan.

Tiga tulisan dari aspek sosial, ekonomi dan kebijakan, turut mengayakan buku bunga rampai kayu bawang ini. Tulisan mengenai agroforestri berbasis tanaman lokal: upaya rasionalitas petani dalam menanam kayu bawang disusun oleh Bambang Tejo Premono dan Sri Lestari, sedangkan Efendi Agus Waluyo dan Ari Nurlia menceritakan tentang rekayasa kelembagaan dalam pengembangan hutan rakyat kayu bawang.

Tulisan terakhir dari buku ini, ditulis oleh Ari Nurlia dan Efendi Agus Waluyo, dengan judul kayu bawang sebagai komoditas utama pengembangan hutan rakyat: pembelajaran sosial pengelolaan hutan rakyat kayu bawang di masyarakat.

Buku bunga rampai kayu bawang ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam pemberdayaan hutan rakyat melalui penanaman kayu bawang. Peningkatan peran hutan rakyat merupakan langkah penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan disekitar hutan yang mata pencaharian mereka bergantung pada sumber daya hutan. Selain itu, budidaya menanam kayu bawang mampu meningkatkan kesadaran ekologis, yaitu pentingnya konservasi terhadap tanah dan air di lingkungan masyarakat.***FA

Penulis : Fitri Agustina