Dientry oleh Rizda Hutagalung - 26 March, 2018 - 763 klik
Sharing Knowledge dan Research Experience Bersama Sajogyo Institute

P3SEKPI (Bogor, 23/03/2018)_Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI) menyelenggarakan sharing knowledge dan research experience, Selasa (21/03) di ruang rapat P3SEKPI, Gunung Batu, Bogor. Kegiatan ini menghadirkan Budiono Zaini dari Sajogyo Institute, seorang peneliti bidang tenurial yang mendalami isu-isu sosial.

Kegiatan yang digagas Handoyo dan kawan-kawan dari Kelompok Peneliti (Kelti) Politik dan Hukum Kehutanan ini digelar untuk membuka cakrawala mengenai riset sosial.

Di awal kegiatan, Budiono menjelaskan mengenai keilmuan sosial. Keilmuan sosial atau riset sosial memiliki “wilayah” untuk memahami peristiwa yang terjadi dalam suatu bentang alam dan kebijakan apa yang mempengaruhi lanskap alam.

Ia mendemonstrasikan tiga pola cara baca perubahan sosial yakni pola panjang, pola menengah, dan pola pendek. Pola panjang yakni dengan melihat struktur bentang alam atau geografi; pola menengah, dilihat dari konjungstur (deretan dinamika kegiatan ekonomi yang terjadi dari waktu ke waktu); dan pola pendek, dilihat dari peristiwa (kebijakan, politik, dan lain-lain).

“Pendalaman ketiga pola tersebut serta hubungannya akan digunakan untuk memahami suatu perubahan sosial, seperti yang terjadi di Moti, Maluku Utara. Masyarakat yang semula menjadikan sagu sebagai kebutuhan pokok, kini tergantikan oleh beras,” jelas Budiono.

Melalui pendalaman ketiga pola cara baca tadi, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu perubahan sosial. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah pola-pola tersebut dipakai hanya untuk membaca suatu kejadian secara garis besar. Pendalamannya, dapat menggunakan berbagai metode pendekatan lain, antara lain analisis kebijakan.

Kegiatan semakin dinamis dengan adanya sharing dari peneliti P3SEKPI. Rachman Effendy dari Kelti Ekonomi Kehutanan, mencoba menyikapi dampak kebijakan Pemerintah Pusat terhadap masyarakat pelosok.

“Beberapa kebijakan seringkali membuat masyarakat pedalaman kehilangan budayanya. Satu sisi kebijakan yang diturunkan, memfasilitasi masyarakat dalam berbagai aspek; namun di sisi lain mereka kehilangan daur pengetahuan lokalnya,” kata Rachman.

Kushartati dari Kelti Politik dan Hukum Kehutanan memperkaya diskusi dengan membahas aktivitas konversi lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit. Menurutnya, terjadi banyak perubahan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar lahan konversi kelapa sawit.

“Mereka kehilangan berbagai hal seperti tempat berburu dan mencari obat-obatan dari alam. Aktivitas berburu yang tadinya hanya membutuhkan waktu setengah hari, kini sampai butuh waktu seminggu,” Kata Kushartati.***

Penulis : Tim website