Dientry oleh Rizda Hutagalung - 09 April, 2018 - 4718 klik
Kearifan Lokal Suku Dani Papua, Contoh Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan DAS

Balitek DAS (Solo, 09/04/2018)_Dalam pengelolaan DAS, kondisi karakteristik dan lingkungan DAS di hulu DAS akan berdampak pada pengelolaan DAS di hilir. Apabila masyarakat hulu tidak bisa menjaga maka akan berimbas pada kehidupan masyarakat di hilir. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat, terutama di hulu sangat vital dalam pengelolaan DAS dan tidak boleh dipandang sebelah mata. 

“Bagian hulu DAS merupakan kawasan dengan fungsi konservasi untuk pencegahan degradasi lahan,” kata Baharinawati Wilhan Hastanti, S.Sos., M.Sc., Peneliti Balai Litbang Teknologi Pengelolaan (Balitek) DAS Solo yang dikutip dalam artikelnya Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya untuk Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang dimuat pada Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (JPPDAS), Vol 1, No 2 tahun 2017. 

Lebih lanjut, Rina menyatakan bahwa hal ini juga terlihat dalam pengelolaan DAS Mamberamo, di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Kondisi lingkungan dan karakteristik sosial budaya masyarakat di hulu DAS Mamberamo atau Sub DAS Baliem merupakan unsur utama dalam pengelolaan DAS Mamberamo. 

“Keberadaan masyarakat Suku Dani atau masyarakat lokal di hulu Sub DAS Mamberamo merupakan modal sosial dalam pengelolaan DAS Mamberamo. Mereka mempunyai kearifan lokal yang mendukung fungsi konservasi vegetasi, tanah dan air,” tegas Rina. 

Dalam artikelnya, Rina menyatakan bahwa kearifan lokal Suku Dani terlihat dalam proses penataan lahan, terutama dalam pembagian lahan untuk kebun, bekas kebun, hutan primer maupun tempat keramat. Selain memelihara kesuburan tanah, penutupan lahan oleh vegetasi dengan segala bentuknya dapat mempengaruhi aliran air yang mendukung pengelolaan DAS. 

Kearifan lokal ini juga terlihat pada sistem kelembagaan Suku Dani. Pada Suku Dani di hulu DAS Mamberamo, lembaga sosial berupa lembaga adat sangat dipatuhi oleh masyarakatnya. Para pelanggar lembaga sosial diberikan sanksi sosial berupa hukuman adat dan pencitraan yang buruk dari masyarakat adatnya. Selain itu, Peran pemimpin atau tokoh masyarakat dalam Suku Dani juga mempunyai peranan yang kuat dalam pemberdayaan, penataan dan kelangsungan dalam kehidupan masyarakat. 

“Peran kelembagaan sosial dan budaya dalam pengelolaan DAS sangat besar karena mengatur tingkah laku manusia dalam pemanfaatan dan pelestarian lingkungan DAS. Selain itu, dalam pengelolaan DAS yang melibatkan peran multipihak, seorang pemimpin tradisional dapat berfungsi sebagai katalis yang membantu kelancaran proses perubahan,” kata Rina. 

Pada akhir artikelnya, Rina menyatakan bahwa pemahaman terhadap karakteristik sosial budaya masyarakat dan karakteristik biogeofisik DAS penting untuk mengetahui kondisi suatu DAS dalam rangka kebijakan makro pengelolaan DAS. 

“Beberapa kearifan lokal masyarakat beberapa Suku Dani di Wamena, baik dalam kelembagaan adat maupun pengelolaan sumber daya alamnya patut menjadi pertimbangan dalam pengelolaan DAS,” tutupnya.***  

Sumber Artikel:

Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Sosial Budaya untuk Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang dapat didownload pada http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/article/view/2939

Foto: berbagai sumber

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

 

Penulis : Tim website