Dientry oleh Rizda Hutagalung - 02 May, 2018 - 968 klik
Riset Tumbuhan Obat, Peneliti LIPI Kunjungi BP2LHK Aek Nauli

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, 30/4/2018)_Tim peneliti dari Puslit Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berkunjung ke Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Kamis (26/4). Kunjungan Dr. Andria Agusta dan Dewi Wulandari, M,Si, serta teknisi litkayasanya, Andi Septaji ini dilakukan terkait riset tumbuhan obat yang dilakukan LIPI.

Andria menyampaikan bahwa LIPI saat ini punya fokus penelitian untuk mendukung ekowisata di daerah prioritas nasional, diantaranya adalah di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan melakukan riset tentang tumbuhan obat yang bisa dikembangkan di daerah tersebut.

“Kami datang kesini tujuannya adalah untuk melakukan pengumpulan data dan sampel  tumbuhan obat yang berasal dari sekitar DTA Danau toba yang telah ditanam dan dikembangkan oleh BP2LHK Aek Nauli. Jadi nantinya sampel tersebut akan diekstrak dan diuji di laboratorium untuk mengetahui apa saja bahan aktif yang terkandung di dalamnya,” kata Andria.

Mewakili Kepala Balai, Kepala Seksi Data, Informasi, dan Kerjasama BP2LHK Aek Nauli, Ismed Syahbani S.Hut menjelaskan bahwa BP2LHK Aek Nauli beberapa tahun belakangan sudah melakukan penelitian tentang tumbuhan obat, diantaranya adalah Taxus dan Pirdot.  Taxus diketahui sebagai obat kanker, sedangkan Pirdot sebagai obat darah tinggi dan diabetes. Namun, karena keterbatasan, penelitian yang dilakukan tahun lalu belum terlalu dalam meneliti semua bahan aktif yang terkandung di dalamnya dan juga berapa dosis seharusnya yang tepat dan efektif untuk penyembuhan penyakit. Tahun ini penelitian tersebut masih dilanjutkan dan diharapkan kandungan dan dosisnya yang harus digunakan sudah bisa didapatkan secara tepat.

“Untuk tumbuhan obat di sekitar DTA Danau Toba, khususnya KHDTK Aek Nauli ini banyak potensi jenisnya, namun  kami baru fokus melakukan penelitian taxus dan pirdot. Kami juga sudah membuat plot penanamannya di Kebun Percobaan Sipisopiso. Untuk produknya sementara ini bagian yang dimanfaatkan adalah daunnya yang dibuatkan seperti teh celup, yang saat ini sedang kami desainkan untuk pembuatan kemasannya yang menarik,” jelas Ismed.

Selanjutnya tim dari LIPI langsung ke lapangan untuk melihat persemaian dan pengambilan sampel didampingi oleh Peneliti BP2LHK aek Nauli, Dr. Aswandi, S.Hut, M.Si dan Cut Rizlani Kholibrina, S.Hut, M.Si. Dalam diskusi di lapangan, berkembang bahwa tidak hanya sampel taxus dan pirdot saja yang akan diambil, tetapi juga tanaman yang mungkin berpotensi memiliki kandungan obat, seperti sampinur, kemenyan, kapur, dan tanaman khas Batak yaitu andaliman.

Aswandi mengatakan bahwa khusus kemenyan, selain untuk parfum dan kosmetik, juga diketahui juga digunakan untuk membunuh kuman, mengurangi pembengkakan, dan menghentikan perdarahan pada luka kecil (antibiotik).

“Kami siap memberikan bahan/sampel kemenyan dan tumbuhan lain yang diperlukan untuk penelitian lebih lanjut tentang kandungannya di laboratorium, karena kami disini cuma bisa membantu dalam eksplorasi dan pengumpulan sampelnya saja,” kata Aswandi.

“Yang kami lakukan disini memang baru sebatas silvikultur dan rekayasa genetika untuk peningkatan kualitas dan kuantitas getah kemenyannya saja. Saya yakin dengan fasilitas laboratorium di LIPI yang bagus dan lengkap, hasil penelitian yang didapatkan nanti lebih akurat dan maksimal,” kata Cut Lani menambahkan.

Dewi menyambut baik usulan tersebut, karena memang seluruh potensi tumbuhan obat yang ada harusnya segera diteliti lebih dalam dan dikembangkan lebih baik. “kami setuju sekali dengan usulan tersebut dan siap mendukung, karena potensi kandungan obat kemenyan dan tumbuhan lain harus segera diteliti secara lengkap. Jangan sampai nanti malah ada orang asing yang duluan meneliti dan mengklaim,” kata Dewi.

Disampaikan juga, bahwa Dr. Andria sudah pernah membuat buku “Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia” dan “Aroma Terapi” yang bisa didownload. Andria berharap, buku tersebut bisa bermafaat bagi peneliti BP2LHK Aek Nauli sebagai bahan perbandingan dan referensi jika nanti ada peneliti yang mau membuat buku tentang tumbuhan obat yang ada di KHDTK Aek Nauli.

Di akhir diskusi, Ismed berharap bahwa nantinya jika sudah selesai diteliti dan diuji laboratorium, data kandungan sampel tumbuhan obat yang didapatkan bisa juga disampaikan ke BP2LHK Aek Nauli sebagai referensi dalam melakukan penelitian dan pengembangan.***MB

Penulis : MB