Dientry oleh Rizda Hutagalung - 24 May, 2018 - 4691 klik
Kini Meranti Dapat Tumbuh Subur di Jawa

Puslitbang Hutan (Bogor, 23/5/2018)_Kini meranti yang banyak tumbuh Kalimantan telah dapat tumbuh subur di Jawa. Salah satunya terlihat pada plot uji penanaman meranti di Gunung Dahu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, seluas 170 Ha, dan di Perawang, Kabupaten Siak, Riau seluas 64 Ha, yang dibangun oleh Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK bersama PT. KOMATSU Marketing Support Indonesia (PT. KMSI), sejak tahun 1997. 

Sebagaimana diketahui, kayu meranti telah dikenal sebagai kayu berkualitas untuk konstruksi bangunan, dimana saat ini ketersediaannya sudah mulai berkurang di daerah asalnya Kalimantan. Pemanenan meranti sebagai salah satu jenis dipterocarpa masih diperoleh dari hutan alam, dan dengan kelangkaan tersebut, pembangunan hutan tanaman meranti dipandang strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap hutan alam. 

“Plot tanaman meranti yang menggunakan bahan tanaman asal stek dan asal biji ini merupakan aplikasi dari teknologi KoFFCo Sistem. Siapa yang menyangka 20 tahun kemudian sudah menjadi hutan meranti yang seperti hutan alam,” kata Dr. Kirsfianti L. Ginoga, Kepala Pusat Litbang Hutan di Bogor (22/5/2018). 

Menurut Kirsfianti, penerapan teknik pembibitan KoFFCo (Komatsu-FoRDIA Cooling) ini, pada mulanya sebagai antisipasi pohon meranti yang tidak menghasilkan benih setiap tahunnya. Berdasarkan hasil pengukuran terakhir oleh Puslitbang Hutan di tahun 2016, produktivitas tegakan meranti pada umur 17 tahun dinilai prospektif, dengan volume tegakan berdiri (standing stock volume) berkisar antara 85 215 m3/Ha. 

Ir. Atok Subiakto, M.Appl, peneliti Puslitbang Hutan sekaligus pionir penanaman meranti ini, menjelaskan, teknologi koffco digunakan untuk jenis pohon yang bermasalah dalam pengadaan bijinya (perbanyakan generatif), dan sulit diperbanyak dengan perbanyakan vegetatif konvensional, seperti jenis Dipterocarpa, yang masa berbuahnya 2 - 4 tahun sekali. 

“Teknologi ini memungkinkan pengadaan bibit jenis Dipterocarpa secara kontinu, juga untuk perbanyakan klon unggul, termasuk mengembalikan spesies yang sudah ditanyatakan punah,” kata Atok. 

Berdasarkan hasil pengamatan plot uji penanaman Meranti di Gunung Dahu, Leuwiliang, Bogor, jenis meranti merah (Shorea leprosula dan Shorea selanica) dapat tumbuh dengan baik, dengan bibit asal benih maupun stek. Begitu pula volume kayu akan semakin tinggi seiring rapatnya penanaman, sedangkan rata-rata diameter tegakan semakin besar seiring melebarnya penanaman. 

“Dengan demikian, penanaman dengan kerapatan tinggi (2 x 2 m) direkomendasikan untuk tujuan produktivitas biomas tegakan, misalnya untuk tujuan perdagangan karbon dan panel kayu. Sedangkan jarak tanam yang lebar (4 x 4 m) direkomendasikan untuk kayu gergajian atau kayu lapis,” saran Atok. 

Salah satu pohon dengan diameter terbesar 62 cm pada jarak tanam yang luas. Sementara, volume tertinggi dari tegakan meranti dapat mencapai 215.412 m3/Ha, pada jarak tanam 3 x 3 m, dan jumlah pohon 767, dengan keberhasilan 69%. Atok menyebutkan, pada tingkat keberhasilan 66%, jumlah pohon terbanyak terdapat pada jarak tanam 2 x 2 yaitu sebanyak 1650 pohon. 

Plot uji penanaman meranti sejak tahun 1994 ini pada mulanya dilakukan dlam rangka perbanyakan jenis pohon Dipterocarpa (meranti, keruing, balau, kapur, giam, resak), dan sebelumnya plot uji penanaman juga pernah dilakukan di Carita, Provinsi Banten dan Haurbentes, Provinsi Jawa Barat.*

 

Sumber: http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/1249

Penulis : Tim website