Dientry oleh Rizda Hutagalung - 31 May, 2018 - 755 klik
Bahaya Erosi - Sedimentasi pada DAS Berhutan Jati

Balitek DAS (Solo, 30/5/2018)_Persentase penutupan hutan jati yang tinggi dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun sub DAS tidak menjamin air sungai yang mengalir melalui DAS tersebut bebas dari masalah sedimen terlarut. “Oleh karena itu bahaya erosi - sedimentasi pada DAS berhutan jati perlu diwaspadai,” kata Tyas Mutiara Basuki, peneliti pada Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS) Solo di kantornya, baru-baru ini.

Menurut Tyas, pada musim kemarau, daun jati gugur dan tanah  terbuka. "Jika pada awal musim penghujan turun hujan maka tanah yang terbuka tersebut akan mengalami erosi. Tanah hasil erosi pada lahan berlereng akan terangkut oleh limpasan permukaan menuju ke sungai dan menjadi sedimen,” tambah Tyas.

Tyas menjelaskan, sumber erosi lain dapat berasal dari areal dengan tanaman jati muda yang tajuknya belum rapat melindungi permukaan tanah, erosi pada tampingan teras pada sistem tumpangsari jati dengan tanaman semusim.

“Sumber erosi-sedimentasi lain yang penting untuk diperhatikan adalah erosi tebing sungai.  Sedimen terlarut pada sub DAS dengan penutupan hutan jati tua 82% berkisar antara 3 hingga 17 ton/tahun, sedangkan untuk sub DAS dengan penutupan hutan jati tua 53% sedimen terlarut berkisar antara 8 hingga 59 ton/tahun,” jelas Tyas.

Untuk mengatasi permasalahan erosi tersebut, menurut Tyas, tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mencari sumber-sumber erosi - sedimentasi. Selanjutnya, berdasarkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat perlu dilakukan beberapa hal, dimulai dari penanaman tanaman penutup tanah dengan legum yang tahan naungan. Sebagaimana diketahui, fungsi legum tersebut selain menutup tanah dari pukulan energi kinetik air hujan juga untuk melembabkan tanah sehingga tidak terbakar pada musim kemarau.

Selain itu perlu penguatan tampingan teras dengan batu yang ada di sekitar lokasi atau rumput pada lahan-lahan tumpang sari jati dengan tanaman semusim; Penerapan sekat bakar baik yang vegetatif maupun yang struktural; Stabilisasi tebing-tebing sungai yang potensial terjadi erosi dengan metode vegetatif maupun sipil teknis; dan stabilisasi lereng untuk mencegah erosi tebing dan longsor; serta pengamanan daerah sempadan sungai.

Tak dapat dipungkiri bahwa hutan jati telah mendatangkan pendapatan negara melalui perdagangan kayunya yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu sistem agroforestri jati dengan tanaman pangan maupun empon-empon yang diberlakukan pada pengelolaan hutan jati telah memberikan sumbangsih kepada masyarakat di  sekitar hutan.***TMB

Sumber Artikel :http://dassolo.litbang.menlhk.go.id/penelitian/publikasi/tahun/2017/unduh/899/Buku-Tempat-Tumbuh-Hasil-Air-dan-Sedimen

Informasi lebih lanjut: Balai LitbangTeknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959