Dientry oleh Rizda Hutagalung - 16 August, 2018 - 1454 klik
Studi Banding, Tim Restorasi Gambut Papua Kunjungi Plot Restorasi Gambut BP2LHK Palembang

BP2LHK Palembang (Kayuagung, Agustus 2018)_Sejauh ini, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Palembang telah berhasil mengelola lahan gambut. Belajar dari pengalaman BP2LHK Palembang, Kamis (9/8/2018), Tim Restorasi Gambut Provinsi Papua berkunjung ke plot penelitian restorasi gambut BP2LHK Palembang di Desa Kedaton, Sepucuk, Ogan Komering Ilir.

“Kami sudah banyak mendengar keberhasilan program-program restorasi yang dilakukan di sini, sehingga ingin sekali mengadopsi program-program tersebut,“ kata pemimin rombongan, Kepala Bidang Pengelolaan Kualitas Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Iwan Triono yang mengaku mendapat informasi dari pemberitaan-pemberitaan online. 

Menurut Iwan, rombongan berjumlah 17 orang ini, jauh-jauh menempuh jarak sekitar 6.000 km, terbang dari Kota Jayapura ke Palembang, hanya untuk mengetahui bagaimana BP2LHK Palembang bisa merestorasi lahan gambut yang sudah terdegradasi, terlebih lagi bisa melibatkan masyarakat sekitar dan meningkatkan pendapatan mereka. 

Mengingat karakteristik gambut yang berbeda di setiap lokasi, Iwan berharap, kunjungan ini dapat memotivasi rombongannya untuk lebih banyak belajar dari pakar-pakar gambut, salah satunya dari BP2LHK Palembang. Sebagai informasi, kedalaman gambut di Papua rata-rata 2-3 meter dan vegetasinya didominasi eucalyptus. 

“Kami berharap bisa pulang tidak dengan tangan kosong, kalau bisa Bapak-Bapak juga dapat berbagi kegagalan-kegagalan dan keberhasilan dalam mengelola plot ini, sehingga membuat kami optimis dalam mengelola gambut ini,” harap Iwan. 

Menyambut baik kunjungan ini, Bastoni, peneliti BP2LHK Palembang menjelaskan bahwa keberhasilan plot tersebut tidak terlepas dari pemahaman akan karakteristik gambut itu sendiri. 

“Pembelajaran dan pengalaman yang saya dapat selama kurang lebih 20 tahun berkecimpung di lahan basah, membuahkan satu pemikiran yang tertuang dalam 5 Asas Restorasi Gambut,” kata Bastoni. 

Lebih lanjut Bastoni menjelaskan, sintesa ini dibuat untuk memudahkan pihak-pihak dalam memahami hubungan antar ekosistem gambut yang nantinya akan berdampak pada rekomendasi prioritas restorasi yang dipilih. 

Kepada rombongan studi banding ini, Bastoni menyarankan agar terlebih dahulu memahami penopang ekosistem gambut, yang terdiri dari vegetasi (hutan), tanah (gambut) dan air (hidrologi) untuk mengetahui penyebab utama kerusakannya. Setelah itu, baru bisa direkomendasikan tindakan apa perlu dilakukan. “Kalau kita konsisten, dalam jangka waktu 6 tahun saja kita sudah bisa melihat hasilnya,” kata Bastoni memotivasi. 

Setelah berdiskusi di Kebun Konservasi Plasma Nutfah, rombongan ini kemudian diajak berkeliling melihat plot pilot project model restorasi gambut terintegrasi berbasis agrosilvofishery, kerja sama BP2LHK Palembang dengan Badan Restorasi Gambut. Dalam kunjungannya selama 3 hari, 8 sampai 10 Agustus 2018, rombongan Tim Restorasi Gambut Provinsi Papua yang berasal dari Universitas Cendrawasih, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, serta Balai Besar KSDA Papua Barat ini melakukan koordinasi dan kunjungan lapangan untuk melihat implementasi konsep 3R (rewetting, revegetation, dan revitalization) secara langsung.***FA

Penulis : Fitri Agustina