Dientry oleh Rizda Hutagalung - 23 August, 2018 - 2313 klik
Daun Bekai: Bio-vetsin Anti Kanker dari Pedalaman Hutan Kalimantan

B2P2EHD (Samarinda, Agustus 2018)_Tahun 2016 sampai 2017 lalu, Balai Besar Litbang Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD) meneliti daun bekai, tanaman dari pedalaman hutan Kalimantan. Hasilnya, tanaman yang biasa dijadikan penyedap masakan alami (bio-vetsin) oleh masyarakat setempat ini diketahui mengandung antioksidan yang tinggi. 

“Hasil penelitian, daun bekai (Pycnarrhena tumefacta Miers) dari family Menispermaceae mengandung alkaloid, flavonoid, tannin dan steroid. Hasil uji antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ektrak pekat daun bekai sebesar 80,09%. Nilai ini mendekati nilai uji antioksidan vitamin C,” jelas Andrian yang melakukan analisa laboratorium daun bekai ini. 

Sedangkan untuk hasil uji organoleptik, Rizki, peneliti lainnya melakukan ujicoba pada masakan berkuah, yaitu sop daging yang dibuatkan 2 macam. Pada sop yang pertama dicampurkan penyedap rasa merk terkenal yang mengandung monosodium glutamat (MSG), sedangkan sop kedua dicampurkan daun bekai dan diujicobakan kepada beberapa responden. 

“Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa masakan sop yang diberikan ekstrak daun bekai memiliki rasa dan aroma yang khas. Rasa dan aroma tersebut sangat disukai oleh anak-anak,” kata Rizki. Responden anak-anak lebih menyukai sop dengan tambahan ekstrak daun bekai dibandingkan dengan sop yang diberi MSG. 

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan esktrak daun bekai pada masakan memiliki manfaat multi fungsi, yaitu sebagai biovetsin sekaligus anti kanker. Tingginya nilai antioksidan membuat daun bekai berpotensi meningkatkan ketahanan tubuh yang berfungsi sebagai anti kanker. Oleh karena itu daun bekai dapat digolongkan sebagai bahan berharga dari hutan Kalimantan. 

Sebagaimana diketahui, trend kuliner (makanan) saat ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memilih jenis kuliner dengan kualitas tinggi dan memiliki manfaat lain, misalnya bermanfaat menjaga kesehatan. Penggunaan bahan-bahan tambahan (aditif) makanan mulai bergeser dari bahan sintesis pabrik, seperti MSG menjadi bahan-bahan alami. 

Di Dusun Nyapa Indah, Kab. Berau, Kalimantan Timur, masyarakatnya menggunakan daun bekai sebagai bahan penyedap masakan berkuah. Secara tradisional, 3 helai daun bekai digunakan sebagai penyedap masakan 1 panci kapasitas 3 liter. 

Peneliti senior di B2P2EHD, Amiril mengatakan, biasanya bekai ditambahkan pada masakan berkuah yang menggunakan daging. Penggunaan daun bekai telah digunakan secara turun-menurun, sehingga bekai ditanam di halaman rumah atau di bawah tegakan kebun. 

“Bahkan tiap keluarga di Dusun Nyapa biasanya mempunyai tanaman bekai. Tidak hanya diambil dari hutan tapi penduduk memilih mengambil dari kebun mereka sendiri karena lebih dekat dan tersedia cepat,” kata Amiril.*** AF/RIZMA

Penulis : Tim website