Dientry oleh Rizda Hutagalung - 24 August, 2018 - 1018 klik
Meningkatnya Jumlah Sampah Mengancam Kelestarian Hayati di Danau Sentani

Balitek DAS (Solo, Agustus 2018)_Peningkatan jumlah penduduk di sekitar kawasan Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua ternyata menimbulkan permasalahan tersendiri bagi Danau Sentani. Salah satunya adalah meningkatnya jumlah sampah dan limbah domestik lainnya yang menjadi ancaman kerusakan tanah dan kualitas air di Danau Sentani. 

”Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin bertambahnya pemukiman dan pabrik menyebabkan air danau semakin tercemar. Pencemaran ini akan menjadi ancaman sumber daya hayati yang hidup di Danau Sentani,” kata Baharinawati Wilhan Hastanti, S.Sos., M.Sc., Peneliti Balai Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS) Solo dikutip dari Majalah CerDAS Vol 3 No 2 Tahun 2017

Menurut Rina, panggilan Baharinawati, kondisi ini sangat disayangkan, karena Danau Sentani merupakan danau terluas di Tanah Papua. Dengan luasnya sekitar 9.360 ha, Danau Sentani kaya akan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Menurut beberapa kajian, fauna perairan yang terdapat di Danau Sentani sangat kaya jenis, seperti hiu gergaji (Pristis microdon) atau yang lebih dikenal dengan hiu Sentani, Glossolepis inciscus (ikan pelangi merah, masyarakat lokal menyebutnya hewu, kaskado), kanseli (Hemipimelodusvelutinus), holiya (Neosilusnavae guinea), humen/gabus (Oxyeleotrismierops), gete-gete (Apogon wichmani), kaskado/hewu (Chailaterinasentaniensis), kahilo (Anguilla australis), barra (Carranx stelanus), kaijako/belanak (Mugil cephalus), dan bandeng (Chanos chanos). 

Adapun jenis flora yang tumbuh di danau dan di pinggir Danau Sentani yaitu: Hydrilla verticillata, Pistiasratioes, eceng gondok (Eichornia crasipes), kangkung air (Ipomoeaaquatica), Panicum sp., Teratai (Nelumblum sp.), Poligonum sp, Alata (Limnocharis flava), Buangga (Cyperus sp.), Pandan (Pandanus sp.), Patomageton crispus, Salvinia natans, Kayu susu (Alstonia scholaris), sagu (Metroxylon sagu), Lemna sp., Nymphaceae sp., Pulehrus sp, Elodea sp., Ceratophyllum demersum, Myriophyllum sp., Valisneria sp. dan Acrostichum aureum. 

“Kondisi pencemaran tersebut semakin diperburuk dengan aktivitas penduduk dalam budidaya ikan di Danau Sentani dengan menggunakan keramba jaring apung,” tambah Rina. 

Selain permasalahan pencemaran, peningkatan penduduk di sekitar kawasan Danau Sentani juga meningkatkan luas lahan kritis di Danau Sentani. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk di kawasan Danau Sentani menyebabkan peningkatan alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman, lahan pertanian dan areal penggunaan lain. Saat ini, lahan kritis di Danau Sentani mencapai 21.292 ha atau sekitar 26% dari total luas kawasan. 

“Pola pertanian ladang berpindah dan pertanian tradisional masyarakat yang dilakukan di lereng-lereng perbukitan juga meningkatkan perluasan lahan kritis serta peningkatan erosi dan sedimentasi. Apabila hal ini tidak ditangani dengan serius bisa menyebabkan kerusakan lingkungan,” kata Rina.*** 

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

 

Sumber Artikel:

Majalah CERDAS Vol 3 No 2 Tahun 2017 yang dapat diunduh di http://dassolo.litbang.menlhk.go.id/penelitian/publikasi/tahun/2017/unduh/902/Majalah-CERDAS-Vol.3-No.-2-Desember-2017

Penulis : Tim website