Dientry oleh Rizda Hutagalung - 05 July, 2018 - 534 klik
Kembangkan Bisnis Masyarakat Berbasis Hutan, Puslitbang Hutan Adakan Alih Teknologi Budidaya lebah Madu Klanceng

P3H (Sijunjung, 5/7/2018)_Bekerjasama dengan AFOCO (Asian Forest Cooperation Organization), Puslitbang Hutan mengadakan alih teknologi pengolahan madu hutan dan budidaya madu klanceng untuk masyarakat Nagari Paru di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Sijunjung, 3-4 Juli 2018. Program ini ditujukan agar masyarakat memperoleh penghasilan yang lebih baik dari sumber daya hutan tanpa mengeksploitasi pohon-pohonnya.

“Sumber pakan lebah akan berasal dari hutan mereka, sehingga masyarakat akan menjaga kelestariannya demi kelangsungan bisnis madunya,” kata Slamet Riyadi, perwakilan KPHL Sijunjung dalam pembukaan pelatihan di Muaro Sijunjung, Selasa (3/7/2018).

Sejalan dengan kearifan lokal (rimbo larangan), pelatihan ini memberikan keterampilan pada masyarakat untuk memproses madu hasil buruannya sekaligus beternak lebah madu yang mudah yang dapat dilakukan di rumah. Aam Hasanudin dan Amir Hamzah, teknisi dari Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli dan Puslitbang Hutan, menjadi fasilitator pelatihan ini.

Sebagaimana diketahui, Hutan Nagari Paru di Sijunjung, Sumatera Barat menyimpan kekayaan flora fauna khas hutan hujan tropis Sumatera. Hutan seluas 4.500 hektar ini telah ditetapkan sebagai hutan nagari sejak tahun 2014 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 507/Menhut-II/2014.

Dengan topografi berbukit dan pohon-pohon yang lebat, hutan ini menjadi surga aneka fauna termasuk lebah madu. Masyarakat Desa Paru telah turun-temurun menjadi pemburu madu lebah hutan dimana hasilnya dijual langsung kepada pengepul yang datang ke Paru. Bisnis ini dirasakan kurang menguntungkan karena madu yang masih mentah harganya tidak sebaik harga madu yang telah diproses.

Alih teknologi budidaya madu menjadi salah satu program dalam kerjasama AFOCO Component 3 Facilitating The  Participatory  Planning  of  Community  Based  Forest Management     using  Geographic  Information  System  and  Remote Sensing  Technologies  in  Forest  Resource  Management  in  the  Philippine, Indonesia and Thailand. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pengelola hutan dalam perencanaan hutan. Di Indonesia, program ini dilakukan di 3 lokasi yaitu Hutan Nagari Paru, Hutan Kemitraan Cempaka Lampung dan Hutan Kemasyarakatan Tuar Tana Nusa Tenggara Timur.***

Penulis : Tim website