SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Rizda Hutagalung -
05 July, 2018 -
534 klik
Kembangkan Bisnis Masyarakat Berbasis Hutan, Puslitbang Hutan Adakan Alih Teknologi Budidaya lebah Madu Klanceng
P3H (Sijunjung, 5/7/2018)_Bekerjasama dengan AFOCO (Asian Forest Cooperation Organization), Puslitbang Hutan mengadakan alih teknologi pengolahan madu hutan dan budidaya madu klanceng untuk masyarakat Nagari Paru di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Sijunjung, 3-4 Juli 2018. Program ini ditujukan agar masyarakat memperoleh penghasilan yang lebih baik dari sumber daya hutan tanpa mengeksploitasi pohon-pohonnya.
“Sumber pakan lebah akan berasal dari hutan mereka, sehingga masyarakat akan menjaga kelestariannya demi kelangsungan bisnis madunya,” kata Slamet Riyadi, perwakilan KPHL Sijunjung dalam pembukaan pelatihan di Muaro Sijunjung, Selasa (3/7/2018).
Sejalan dengan kearifan lokal (rimbo larangan), pelatihan ini memberikan keterampilan pada masyarakat untuk memproses madu hasil buruannya sekaligus beternak lebah madu yang mudah yang dapat dilakukan di rumah. Aam Hasanudin dan Amir Hamzah, teknisi dari Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli dan Puslitbang Hutan, menjadi fasilitator pelatihan ini.
Sebagaimana diketahui, Hutan Nagari Paru di Sijunjung, Sumatera Barat menyimpan kekayaan flora fauna khas hutan hujan tropis Sumatera. Hutan seluas 4.500 hektar ini telah ditetapkan sebagai hutan nagari sejak tahun 2014 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 507/Menhut-II/2014.
Dengan topografi berbukit dan pohon-pohon yang lebat, hutan ini menjadi surga aneka fauna termasuk lebah madu. Masyarakat Desa Paru telah turun-temurun menjadi pemburu madu lebah hutan dimana hasilnya dijual langsung kepada pengepul yang datang ke Paru. Bisnis ini dirasakan kurang menguntungkan karena madu yang masih mentah harganya tidak sebaik harga madu yang telah diproses.
Alih teknologi budidaya madu menjadi salah satu program dalam kerjasama AFOCO Component 3 Facilitating The Participatory Planning of Community Based Forest Management using Geographic Information System and Remote Sensing Technologies in Forest Resource Management in the Philippine, Indonesia and Thailand. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pengelola hutan dalam perencanaan hutan. Di Indonesia, program ini dilakukan di 3 lokasi yaitu Hutan Nagari Paru, Hutan Kemitraan Cempaka Lampung dan Hutan Kemasyarakatan Tuar Tana Nusa Tenggara Timur.***