Dientry oleh Rizda Hutagalung - 17 July, 2018 - 1920 klik
Tobarium: Parfum Kemenyan Produk Litbang Unggulan BP2LHK Aek Nauli

BP2LHK (Aek Nauli, 16/7/2018)_Lima tahun terakhir, Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli melakukan penelitian tentang kemenyan. Parfum kemenyan “Tobarium”, merupakan inovasi yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan tersebut.

Cut Rizlani Kholibrina, S.Hut, M.Si, peneliti BP2LHK Aek Nauli, mengatakan parfum ini terbuat dari minyak resin kemenyan sebagai base noteinya dan dikombinasikan dengan berbagai macam minyak atsiri yang berasal dari hutan sebagai top notenya. Top notenya ini diambil dari hasil penyulingan berbagai macam daun, kulit batang, bunga, dan buah.

“Parfum kemenyan ini, proses pembuatan base note nya dilakukan oleh kita sendiri. Namun karena peralatan pembuatan parfum belum tersedia di BP2LHK Aek Nauli, maka pembuatannya masih dilakukan bersama dengan kolega saya. Intinya parfum ini kita buat sendiri,” kata Cut menegaskan.

Cut menjelaskan bahwa pembuatan base note parfum kemenyan dilakukan melalui  proses destilasi. Dalam proses pembuatannya memerlukan perlakuan khusus dan memerlukan tekanan. Awalnya bongkahan getah tersebut dijadikan minyak melalui proses destilasi, kemudian minyak tersebut dicampurkan dengan berbagai macam top note.

Untuk bahan baku base note parfum, jenis pohon sumber getahnya tidaklah spesisfik, dimana bisa dari getah Kemenyan Toba atau bisa juga dari  Kemenyan Durame. Getah tersebut diambil dari Aek Nauli dan sebagian lagi dari Humbang Hasundutan. Sedangkan untuk top note parfum, bahan bakunya diambil dari daerah Berastagi.

“Komposisi parfum kemenyan Aek Nauli adalah ekstrak parfum yang berada diatas EDP (Eau de  Parfum), dimana parfum di pasaran tertinggi Indonesia umumnya menggunakan jenis  EDP. Konsentrasi parfum EDP yang hanya 30-35% umumnya hanya tahan selama 7 jam. Sedangkan parfum kemenyan yang dibuat BP2LHK Aek Nauli memiliki konsentrasi sebesar 60-70%,  sehingga parfum ini akan tahan selama 2-3 hari jika diaplikasikan di baju dan bertahan selama 1 hari jika disemprotkan pada tubuh.

Saat ini parfum kemenyan tersebut telah diproduksi oleh BP2LHK Aek Nauli dengan nama branding  “Tobarium” yang bisa dimaknai sebagai “Produk Hasil IPTEK dari Toba”.  Parfum ini tersedia dalam enam varian aroma, yakni Rizla (Flora Fresh), Riedh@ (Flora Fruit), Jeumpa (Cempaka), Azwa (Woody), Aphis (Green Aceanic), dan Tiara  (Oriental). Rencananya akan ditambah lagi empat jenis varian aroma sehingga total  parfum ada sepuluh varian aroma.

Untuk prospek komersialnya sendiri, harga jual parfum ini sangat menjanjikan dan bisa menguntungkan berkali lipat daripada dijual mentah. Bahan baku getah kemenyan kualitas paling bagus (kualitas A) yang harganya sekitar Rp. 200.000,- hingga Rp. 250.000,- per kg jika didestilasi bisa menghasilkan lebih kurang 1 liter minyak kemenyan.  Apalagi parfum kemenyan ini juga tetap bisa dibuat hanya dari sampahnya saja (kulit kayu kemenyan yang masih terdapat getahnya) yang harganya sangat murah, walaupun rendemen minyak yang dihasilkan cuma sekitar 5 - 8 %. Sehingga jika Parfum kemenyan tersebut dijual seharga Rp.35.000,-/6 ml saja, sudah cukup mendapatkan keuntungan yang lumayan.

Dari berbagai kegiatan pengenalan dan promosi yang dilakukan kepada tamu yang berkunjung ke BP2LHK Aek Nauli dan kepada masyarakat, respon terhadap inovasi parfum ini sangatlah positif. Selama ini masyarakat berpendapat bahwa kemenyan berhubungan erat dengan hal mistik atau dupa. Namun setelah dikenalkan menjadi sangat tertarik dan antusias, bahkan sebagian dari mereka mengatakan bahwa aroma dari parfum kemenyan tersebut sangat mirip dengan parfum merk terkenal dari Italia.

Sebagai instansi litbang, BP2LHK Aek Nauli menyambut baik, mengapresiasi, dan terus mendukung proses inovasi parfum kemenyan ini. Kepala BP2LHK Aek Nauli, Pratiara, S.Hut, M.Si menjelaskan bahwa parfum ini selain didisplay pada ruang galeri yang ada di  BP2LHK Aek Nauli, juga sudah dipromosikan secara online baik lewat website maupun lewat media sosial (medsos) yang dimiliki oleh BP2LHK Aek Nauli. Hal ini bertujuan agar  pengunjung dan masyarakat bisa mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kemenyan sekaligus nantinya juga dapat meracik sendiri parfum sesuai selera dan personality masing-masing.

“Step berikutnya adalah pengurusan HAKI, hak cipta, hak merk, dan paten dari hasil inovasi parfum kemenyan ini. Kita di balai akan memfasilitasinya. Nanti jika HAKI dan sebagainya tersebut sudah keluar, tinggal kita lakukan pembekalan ke masyarakat untuk pembuatan parfum kemenyan ini,” kata Pratiara.

Harapannya, masyarakat bisa lebih bersemangat memproduksi getah dan mau mempertahankan pohon kemenyannya. Dengan demikian dapat mendukung kebijakan kehutanan yang muaranya adalah kelestarian hutan dan peningkatan ekonomi masyarakat.***

Penulis : Tim website