Dientry oleh Rizda Hutagalung - 17 July, 2018 - 575 klik
Riset Kekinian adalah Riset yang Multidisiplin

BP2LHK Banjarbaru (Banjarbaru, 13/7/2018)_Untuk menjawab permasalahan secara komperehensif, riset yang sedang berkembang saat ini adalah riset multidisiplin. Jawabannya tidak hanya dari satu bidang ilmu saja melainkan dari pendekatan berbagai disiplin ilmu, dari latar belakang keahlian dan fungsi yang berbeda. Pendekatan tersebut bisa dari satu institusi bahkan bisa berasal dari berbagai institusi atau bahkan berbeda negara. 

Hal ini disampaikan oleh Dr. Dony Rachmanadi S.Hut, MSi peneliti Balai Litbang LHK (BP2LHK) Banjarbaru dalam laporannya di akhir Diklat Jabatan Fungsional Peneliti (DJFP) Tingkat Lanjutan III yang dilaksanakan di Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI pada 1-10 Juli 2018. 

“Bahkan, pendanaan riset sudah mengarah pada riset multidisipilin. Sebagai contoh adalah Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia  (DIPI) yang bertujuan meningkatkan kualitas penelitian di Indonesia dan membangun daya saing bangsa secara global, memberikan kesempatan penelitian yang diajukan dapat bersifat multidisiplin,” kata Dony. 

Selain itu tawaran pendanaan multidisplin juga dapat diperoleh dari RISPRO (Riset Inovatif-Produktif) LPDP, Kemenristekdikti, Riset Bisnis Multidisiplin FEUI, Direktorat Penelitian UGM RCOPPINET, ITB (Research Consortium Optimization of Pipeline Network), ITTO (International Tropical Timber Organization) dan lain-lain. 

Dalam laporannya, Dony menyampaikan enam alasan mengapa riset multidisiplin penting. Pertama, dapat melihat dari berbagai sudut pandang sehingga lebih luas analisis dan telaahannya. Kedua, lebih banyak kreativitas dan inovasi muncul dari kegiatan interaksi berbagai bidang ilmu (Creativity and innovation). Ketiga, umumnya kegiatan riset multidisiplin lebih cepat masuk ke pasar (Speed to market). 

Selanjutnya, keempat, kegiatan multidisiplin mendorong untuk mencurahkan perhatian  dan mempermudah mencari jawaban kepentingan konsumen (Costumer focus). Kelima, mendorong team learning and organizational learning yang akan memperkuat organisasi dan kemampuan personil peneliti. Keenam, yaitu hasil riset multidisiplin lebih tinggi, teknologi terlindungi berupa paten. Paten yang dihasilkan dari riset multidisiplin diberi indeks value lebih tinggi. 

Diklat Jabatan Fungsional Peneliti (DJFP) ini diikuti oleh peneliti dari berbagai instansi, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agama, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Mahkamah Konsituti. Dari 31 peneliti, Dr. Dony Rachmanadi, peneliti BP2LHK Banjarbaru ini mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik  kedua.***

Penulis : Tim website