Dientry oleh Rizda Hutagalung - 18 July, 2018 - 653 klik
Dimanfaatkan Warga, Sumur Resapan Hasil Litbang BP2LHK Makassar Bisa Resapkan Air dari 35 Kali Hujan Intensitas Lebat

BP2LHK Makassar (Makassar, 17/7/2018)_Untuk menjawab persoalan tentang keberlangsungan sumberdaya air, baik pada skala daerah irigasi maupun wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar mengembangkan metode fisik - mekanik berupa sumur resapan dan terasering.

Metode ini digunakan untuk mengurangi atau memanen aliran permukaan (runoff) yang akan meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air (Soil infiltration capacity). Metode ini dapat meningkatkan ketersediaan air tanah pada daerah hulu DAS. Sebagaimana diketahui, di wilayah DAS, air merupakan faktor penentu utama keberlangsungan produksi lahan pertanian, kehutanan, peternakan dan kelancaran industri.

Salah satu kampung yang telah memanfaatkan sumur resapan, hasil litbang ini adalah Kampung Babangeng, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan. Di sana, sumur resapan ukuran 4 x 2 x 2 meter (panjang x lebar x dalam) telah berhasil meresapkan 201,92 meter kubik air hujan ke dalam tanah yang berasal dari 35 kali curah hujan dengan intensitas lebat dan volume air setinggi 1.583 milimeter. Tentunya, hal ini dapat mengurangi volume air yang mengalir di atas permukaan tanah.

Kudeng Sallata, peneliti BP2LHK Makassar mengatakan, pembuatan sumur resapan di Kampung Babangeng merupakan kelengkapan dari penelitian sebelumnya, yaitu pemanfaatan sumber air di daerah hulu DAS oleh penduduk sebagai suatu sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang berfungsi ganda.

“Selain mereduksi genangan air buangan dari rumah penduduk, juga dapat mengurangi volume aliran permukaan yang disebabkan oleh meningkatnya curah hujan,” kata Kudeng.

Menurut Kudeng, peningkatan ketersediaan air dalam tanah akan mendorong laju dekomposisi bahan organik dan pembentukan struktur tanah yang baik.

“Dengan begitu penetrasi akar tanaman lebih dalam dan mampu mendapatkan air dan hara lebih dalam dengan areal lebih luas yang diindikasikan dengan peningkatan produksi tanaman yang dibudidayakan dan ketersediaan air tanah secara berkelanjutan,” jelas Kudeng.

Resapan air atau disebut infiltrasi air ke dalam lapisan tanah merupakan bagian dari proses siklus air, yaitu sebagian air hujan masuk ke dalam tanah. Besarnya volume air hujan yang meresap ke dalam tanah akan menentukan tercapai atau tidaknya keseimbangan kondisi air tanah di wilayah tersebut.

Perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan peresapan air ke dalam tanah. Pengembangan berbagai macam teknologi konservasi tanah yang lebih pro-aktif, baik metode vegetatif maupun non-vegetatif (fisik-mekanik), seperti yang dilakukan BP2LHK perlu dilakukan dan diterapkan.

Sebagaimana diketahui, beberapa hal, seperti tekanan jumlah penduduk yang meningkat, meluasnya area pertanian yang tidak sesuai kemampuan lahan, perladangan berpindah, dan lain-lain menyebabkan turunnya kapasitas peresapan air hujan (infiltrasi) ke dalam lapisan tanah, yang berdampak pada berkurangnya suplay air untuk wilayah hilir. Fenomena tersebut membuat peresapan air (recharge) ke dalam tanah tidak seimbang dengan pengambilan air untuk memenuhi kebutuhan penduduk.***IKI

Penulis : Tim website