Dientry oleh Rizda Hutagalung - 20 September, 2018 - 808 klik
Kepada Mitra, BP2LHK Palembang Kenalkan Potensi Bio Energi dari Tanaman Lokal di Kebun Konservasi Plasma Nutfah

BP2LHK Palembang (Kayuagung, September 2018)_Kepada peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) dan rombongan yang berkunjung ke Kebun Konservasi Plasma Nutfah, Kamis (13/9/2018), Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Palembang memperkenalkan potensi bio energi dari tanaman lokal yang ada di sana.   

Tiga jenis tanaman lokal berpotensi bio energi yang diperkenalkan kepada peneliti CIFOR, Himlal Baral dan yang datang bersama koleganya Syed Ajijur Rahman dan Yusuf Bahtimi, beserta peneliti dari National Institute of Forest Science (NIFOS) Korea, Soo Min LEE dan Rae Hyun KIM ini adalah perepat (Sonneratia alba), geronggang (Cratoxylon arborescens Bl), dan beriang (Ploiarium alternifolium).

Menurut Bastoni, peneliti BP2LHK Palembang, ketiga jenis ini merupakan jenis cepat tumbuh. “Tanaman-tanaman ini sudah kita tanam di Kebun Konservasi Plasma Nutfah sejak tahun 2010, dan sekarang diameter tanaman ini meningkat terus dan saat ini berkisar antara 1.36-2.83 cm/tahun,” jelas Bastoni.

Lebih lanjut Bastoni menjelaskan bahwa tumbuhan ini adalah jenis yang toleran untuk dapat dikembangkan di lahan gambut. Sebagai informasi, tanaman-tanaman ini ditanam di areal bekas kebakaran besar di tahun 1997 dan kebakaran di tahun 2006.

“Namun, dengan pengalaman dan pembelajaran bertahun-tahun mengenai restorasi gambut, BP2LHK Palembang mengubah areal ini menjadi Kebun Konservasi Plasma Nutfah yang mendapat apresiasi banyak pihak, dan kini menjadi bahan pembelajaran dan menjadi rujukan nasional,” kata Bastoni.

Mengapresiasi apa yang dilakukan BP2LHK Palembang, Himlal mengatakan pemanfaatan lahan gambut untuk tanaman lokal berpotensi bio energi sangat tepat dikembangkan untuk mendukung program restorasi gambut Indonesia.

“Sumatera Selatan kaya akan potensi bio energi, sayang bila tidak dimanfaatkan secara optimal,” kata Himlal Baral.

Setelah melihat sendiri biodiversitas dan lahan potensial yang cukup banyak untuk bio energi di Sumsel, Soo Min LEE, peneliti NIFOS juga berpendapat sama bahwa peluang pengembangan dan kerjasama ini perlu digarap bersama.

“Dengan semakin tingginya permintaan akan energi dan semakin menurunnya produksi bahan bakar fosil domestik, kerja sama ini semakin relevan untuk diwujudkan,” kata Soo Min LEE. 

Kunjungan CIFOR dan NIFOS ini merupakan kunjungan kedua kalinya terkait pengembangan bio energi di Sumatera Selatan. Menindaklanjuti kunjungan sebelumnya, kunjungan ini ditujukan untuk menjajaki peluang kerja sama pengembangan tanaman lokal berpotensi bio energi di Sumatera Selatan. Rombongan yang didampingi oleh Rujito Agus Suwignyo, Erizal Sodikin dan Munandar dari Center of Excellence Peatland Conservation and Productivity Improvement (CoE PLACE) Universitas Sriwijaya ini juga merencanakan akan mengunjungi Demplot Restorasi Gambut di Perigi dan Kebun Raya Sriwijaya.***FA

Penulis : Fitri Agustina