Dientry oleh Rizda Hutagalung - 24 September, 2018 - 703 klik
Kontribusi B2P2EHD Samarinda Menambah Koleksi Spesimen Kayu Xylarium Indonesia

B2P2EHD (Samarinda, September 2018)_Capaian Xylarium Bogoriense, xylarium Indonesia menjadi peringkat satu dunia baru-baru ini tentunya tidak terlepas dari sinergi berbagai pihak terkait. Bersama satker lain lingkup Badan Litbang dan Inovasi (BLI) dan pihak terkait lainnya, Balai Besar Litbang Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD) Samarinda turut berkontribusi menambah koleksi spesimen kayu xylarium tersebut.

“B2P2EHD telah diberi mandat untuk membuat sedikitnya 1.000 spesimen xylarium, terutama dari jenis-jenis Dipterocarpacea yang memang menjadi tugas dan fungsi dari balai kami,” kata Sumitra Gunawan, S.Hut, M,Sc, Kepala Bidang Program dan Anggaran B2P2EHD di kantornya, Kamis (20/9/2018).

Dr. Rizki Maharani, salah seorang peneliti Teknologi Hasil Hutan B2P2EHD menambahkan bahwa saat ini B2P2EHD telah mengumpulkan sedikitnya 628 spesimen dari 12 jenis pohon yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae dan tambahan jenis endemik lainnya.

“Dalam waktu dua hari saja, jumlah tersebut berhasil dikumpulkan B2P2EHD dengan bantuan sumber daya yang ada termasuk adek-adek yang PKL (praktik kerja lapangan) dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman,” kata Dr. Rizki.

Adapun 12 jenis spesimen xylarium dari B2P2EHD yaitu Shorea hopeifolia, Dipterocarpus pacivilus, Shorea macroptera, Shorea mujongensis, Dipterocarpus confertus, Dipterocarpus glabrigemmatus, Shorea parvifolia, Anisoptera laevis, Vatica nitens, Eusideroxylon zwageri, dan Dillenia exelsa, serta Peronema canescens.

Koleksi yang dicapai B2P2EHD tersebut sebagian besar merupakan koleksi yang telah dikumpulkan para peneliti di Kelompok Peneliti Hasil Hutan (Kelti THH), diantaranya Andrian, S. Hut dan Supartini, S. Hut, M.Sc.

“Koleksi rekan-rekan di Kelti THH merupakan koleksi sejak tahun 2011 dan berasal dari Berau dan sekitarnya,” kata Andrian.

Andrian dan Supartini juga mengatakan bahwa sebagian besar koleksi juga telah mempunyai data anatominya sehingga memudahkan dalam proses pendataan xylarium di B2P2EHD, selain melalui herbariumnya.

Lebih lanjut, Dr. Rizki menambahkan bahwa spesimen terbaru xylarium endemik lainnya juga diambil langsung di areal Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (HPFU) Samarinda. Sebagai informasi, sejak awal, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda telah mengikuti sosialisasi program Xylarium Indonesia menuju peringkat satu dunia sebagai mitra.

Ariyanto, S. Hut, MP selaku penanggung jawab HPFU menyatakan bahwa pihak Universitas Mulawarman siap berkontribusi dan menyelaraskan program xylarium BLI dengan program penambahan koleksi di Museum Kayu yang ada di dalam HPFU.

Pihak HPFU juga telah berkontribusi dalam pendataan Xylarium Indonesia dengan memasukkan setidaknya 157 jenis pohon yang dikoleksi sejak tahun 2004 di Museum Kayu tersebut.

Sebagai informasi, melalui konferensi pers yang diadakan P3HH di Gunung Batu, Bogor, Selasa (18/9/2018) lalu, dikemukakan bahwa saat ini Xylarium Bogoriense, xylarium Indonesia telah menduduki peringkat satu dunia dengan jumlah koleksi mencapai lebih dari 158.000 spesimen.

Sebelumnya Indonesia berada di peringkat empat dunia dengan dengan koleksi kayu sebanyak 67.864 spesimen, setelah Belanda dengan 125.000 spesimen, USA dengan 105.000 spesimen dan Belgia dengan 69.000 spesimen.

Selain B2P2EHD Samarinda, 18 satker BLI lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia juga berkontribusi mengirim spesimen kayu untuk menambah koleksi kayu di xylarium Indonesia satu-satunya ini.

“Alhamdulillah. Keren, semua bergerak untuk satu tujuan bersama, nomor 1 di dunia. Insya Allah. Jayalah BLI kita. Alhamdulillah, malam ini sejarah terukir, kita nomor satu di dunia. Terimakasih ya Allah. Mimpi kita bersama jadi nyata. Terimakasih Pak Ka Badan (Kepala BLI), Bu Sekbadan (Sekretaris BLI), Bapak/Ibu Kapus, Ka Babes (Kepala Balai Besar Litbang), Ka UPT (Kepala Unit Pelaksana Teknis) dan seluruh insan BLI. Alhamdulillah kita bisa. Terima kasih,” kata Dr. Dwi Sudharto, Kepala P3HH di WA grup struktural BLI, Selasa malam (12/9/2018).

“Kita patut berbangga, ini sebuah prestasi yang patut kita syukuri bersama, dan sebagai bukti nyata bahwa Indonesia mampu berkiprah pada tataran internasional dalam bidang pengelolaan keragaman sumberdaya hayati,” kata Dr. Dwi Sudharto, Selasa (18/9/2018) di hadapan para wartawan pada acara konferensi pers “Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) dan Xylarium Bogoriense Nomor 1 Dunia” di Ruang Rapat Cendana P3HH, Gunung Batu, Bogor.***RIZMA/AF & RH

Penulis : RIZMA/AF & Risda Hutagalung