SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Rizda Hutagalung -
06 October, 2018 -
906 klik
Peneliti DAS: Tetap Waspada, Pasca Gempa, Banjir Bandang Mengancam Lombok
Balitek DAS (Solo, Oktober 2018)_Dampak dari gempa bumi beberapa waktu lalu, saat ini Lombok terancam bencana banjir bandang. Berdasarkan hasil identifikasi peneliti Balitek DAS, Dr. Endang Savitri, lebih dari 60% wilayah Pulau Lombok berpotensi banjir bandang. Oleh karena itu, Balai Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS) mengimbau agar masyarakat di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap waspada.
“Daerah yang sangat rentan banjir bandang adalah di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah dengan proporsi sebesar 13% dan 9,6% dari seluruh Pulau Lombok. Sedangkan daerah yang rentan terjadi di Kabupaten Lombok Barat dengan proporsi 26,1% dan 20% ada di Kabupaten Lombok Timur,” kata Endang pada konferensi pers “Kerentanan Kekeringan di Wonogiri dan Antisipasi Banjir Bandang di Pulau Lombok” di kantor Balitek DAS Solo, Kamis (27/9/2018) lalu.
“Sedangkan wilayah yang aman banjir bandang sangat sedikit atau hanya sebesar 2,4%. Ini ada di beberapa wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah,” tambahnya.
Lebih lanjut Endang menjelaskan bahwa kejadian banjir bandang merupakan suatu peristiwa yang sulit diprediksi, biasanya terjadi dalam waktu singkat dengan hujan intensitas tinggi. Banjir bandang ini juga dipengaruhi oleh faktor topografi dan penutupan lahan.
“Berdasarkan peta geologi, di Pulau Lombok terdapat beberapa patahan yang memotong sungai. Patahan-patahan ini memicu terjadinya tanah longsor. Jika tanah longsor sampai menutup aliran akan menyebabkan terbentuknya bendung alami. Apabila bendung alami ini jebol akan menyebabkan banjir bandang di daerah bawahnya,” jelas Endang.
Untuk meminimalkan kerugian serta mengantisipasi terjadinya banjir bandang di Pulau Lombok, masyarakat diharapkan selalu waspada dan menggunakan tanda alam sebagai alarm adanya banjir bandang. Selain itu, diharapkan petugas terkait bisa memanfaatkan google earth untuk memantau DAS secara periodik pada daerah-daerah yang berpotensi longsor dan menutup aliran sungai.
“Jika sudah terdeteksi adanya bendung alami karena longsor maka sebaiknya langsung didatangi dan dibuat lubang-lubang agar air di bendung alami berkurang, setelah itu bendung alami baru dibuka atau dihancurkan,” tutup Endang.
Sebagai informasi, dalam mengidentifikasi wilayah yang berpotensi banjir bandang, Endang menumpangsusunkan (overlay) peta identifikasi tanah longsor dengan peta identifikasi potensi banjir dan daerah kebanjiran. Identifikasi tanah longsor dengan menumpangsusunkan peta hujan harian, lereng, geologi, sesar, kedalaman regolith, dan infrastruktur. Sedangkan identifikasi potensi banjir dan daerah kebanjiran dengan menumpangsusunkan peta hujan harian maksimum, bentuk DAS, lereng, kerapatan aliran, penutupan lahan, dan bentuk lahan.***
Informasi Lebih Lanjut:
Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)
Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id
Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp. 0271 - 716709, Fax. 0271 – 716959