Dientry oleh Rizda Hutagalung - 07 October, 2018 - 1284 klik
75% Wilayah Wonogiri Sangat Rentan Kekeringan

Balitek DAS (Solo, Oktober 2018)_Bencana kekeringan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah bukanlah hal yang baru. Hasil analisis dari Peneliti Balai Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS), Dr. Irfan. B Pramono menyebutkan bahwa hampir 75% (tujuh puluh lima persen) wilayah Wonogiri berada dalam kondisi yang sangat rentan kekeringan. Hal ini dikemukakannya saat Konferensi Pers "Kerentanan Kekeringan di Wonogiri dan Antisipasi Banjir Bandang di Pulau Lombok" di kantor Balitek DAS Pabelan-Sukoharjo, Kamis (27/9/2018).

“Kami mempunyai data persentase kekeringan di Wonogiri sampai tingkat desa. Persentase yang sangat rentan kekeringan atau warna merah sebesar 75% di Kecamatan Selatan. Sedangkan yang paling aman di wilayah utara ke timur,” kata Irfan sambil menunjukkan peta kekeringan di Wonogiri hasil analisisnya. 

Menurutnya, penyebab kekeringan di Wonogiri disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain curah hujan yang minim akibat perubahan iklim, berkurangnya kapasitas infiltrasi, pola tanam yang tidak sesuai (monokultur atau jenis tanaman tidak sesuai dengan ketersedian air), pola pengembangan lahan yang tidak sesuai, serta minimnya sarana dan prasarana sumberdaya air. 

“Masalah kekeringan di Wonogiri merupakan masalah yang sudah sangat lama. Sayangnya selama ini, penyelesainnya dengan dropping (pemberian-red) air saja. Ini bukan penyelesaian masalah yang ada tetapi hanya jangka pendek atau membantu masyarakat yang gagal panen. Ibarat menangani orang sakit, langkah dropping  air hanya untuk mengurangi rasa sakit. Sedangkan sumber penyakitnya belum teratasi,” kata Irfan. 

Terkait hal ini, Irfan menjelaskan bahwa Balitek DAS Solo telah memberikan rekomendasi berupa saran dan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk menangani masalah kekeringan di Wonogiri. Usulan tersebut dibedakan atas jangka menengah dan panjang. 

Rekomendasi jangka menengah yang diusulkan, antara lain: identifikasi sumber-sumber air bawah tanah, pembuatan sumur dalam, pembuatan aquiver buatan, pembuatan embung, pembuatan sumur resapan, pengaturan pola tanam, penyuluhan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga areal konservasi (daerah resapan air), serta penegakan aturan zonasi khususnya di daerah resapan air. Sedangkan jangka panjangnya  adalah dengan rehabilitasi lahan dengan pola agroforestri di daerah resapan air (recharge area). 

Kepala Balitek DAS, Dr. Nur Sumedi menyatakan bahwa penanganan kekeringan di Wonogiri untuk jangka menengah dan jangka panjang perlu dilakukan secara komprehensif oleh berbagai pihak. Saat ini, sudah ada beberapa lembaga yang telah bergerak ke sana. Salah satunya adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

“BPDASHL (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) Solo dan Balitek DAS telah bekerjasama dengan menyediakan bibit gratis dengan membangun persemaian di Jumantono. Budaya menanam sudah bagus di sana, tetapi partisipasi masyarakat juga perlu dikawal,” pungkas Sumedi.***    

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

Penulis : Tim website