Dientry oleh Rizda Hutagalung - 17 October, 2018 - 1319 klik
BP2LHK Aek Nauli Adakan FGD Pengembangan Demplot Tanaman pada Koridor Orangutan di Batang Toru

BP2LHK Aek Nauli (Bulu Mario, Oktober 2018)_Dalam rangka mendukung upaya konservasi orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis), Sabtu (13/10/2018) Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli mengadakan Focus Group Discussion (FGD) tentang “Pengembangan Demplot Pengkayaan Tanaman Multi Fungsi pada Koridor Satwa Bulu Mario di Lanskap Batang Toru” di Desa Bulu Mario, Kec. Sipirok, Kab. Tapanuli Selatan.

“Diharapkan dengan FGD ini nantinya bisa didapatkan saran dan solusi sehingga nanti tercapai kesepahaman bagaimana pelaksanaan konservasi orangutan tapanuli,” kata Ismed Syahbani, S.Hut, Kepala Seksi Data, Informasi, dan Kerjasama, saat membuka acara mewakili Kepala BP2LHK Aek Nauli.

Ismed menyampaikan bahwa dengan adanya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Batang Toru, tentu akan ada lahan hutan yang dibuka. Menurut Ismed, hal tersebut akan berpengaruh terhadap populasi orangutan tapanuli yang ada.

“Jadi perlu upaya konservasi yang cepat dan tepat. Tapi upaya konservasi Orangutan tapanuli tersebut tidak akan bisa terlaksana secara optimal tanpa dukungan dari berbagai pihak, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasinya. Jadi kegiatan FGD ini merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk dilakukan,” kata Ismed.

Kegiatan ini dihadiri oleh Staf Ahli Bupati Tapsel Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Ir. Syahgiman Siregar, Senior Advisor Bidang Lingkungan PT. North Sumatera Hydro Energy (NSHE), Dr. Agus Djoko Ismanto, serta sekitar 30 orang masyarakat Desa Bulu Mario.

Terkait itu, Syahgiman menambahkan bahwa orangutan adalah hewan langka yang menjadi perhatian dunia, sehingga kalau ada masalah dengan orangutan, maka akan berdampak terhambatnya pembangunan PLTA, padahal listrik sangat diperlukan.

“Jadi dibutuhkan dukungan dari semua masyarakat untuk pelaksanaannya. Masyarakat tidak perlu takut dengan kegiatan penanaman yang dilakukan nantinya. Lahan yang ditanami tidak akan diambil pemerintah, tetapi tetap akan menjadi milik masyarakat,” kata Syahgiman. 

“Bapak ibu tidak usah takut, malah bisa untung. Yang ditanam kan lahan yang selama ini cuma sekedar ditanami kopi atau karet yang hasilnya sedikit. Jadi dengan ditanami dengan buah-buahan, seperti duren, manggis, aren, matoa, dan lain-lain, buahnya selain untuk makanan Orangutan, bisa juga bapak ibu jual untuk menambah penghasilan,” tambah Syahgiman.

Agus dari PT. NSHE yang akan membangun PLTA di Batang Toru menyampaikan bahwa pembangunan PLTA tidak akan merugikan maysarakat sekitar, karena PLTA ini justru berfungsi memasok listrik yang selama ini masih kurang.

“Dari 7000 ha areal ijin lokasi, hanya 122 ha saja yang akan dibuka sehingga bisa meminimalisir terjadinya kerusakan hutan akibat pembukaan lahan yang tidak perlu. Ini merupakan salah satu langkah nyata yang kami lakukan sejak awal untuk melindungi hutan dan satwa liar, terutama orangutan,” jelas Agus.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi. Wanda Kuswanda, S.Hut, M.Sc, peneliti BP2LHK Aek Nauli menjelaskan tentang pentingnya perlindungan terhadap keberadaan orangutan dan upaya-upaya untuk pelaksanaan konservasinya. Dalam upaya konservasi, selain untuk penyelamatan orangutan, juga harus mengutamakan bagaimana caranya perekonomian masyarakat sekitar yang terlibat juga meningkat.

“Sebagai permulaan, kita akan melakukan penanaman sekitar 2 ha lahan masyarakat yang masuk wilayah koridor satwa. Lahan tersebut akan sedikit dialihkan fungsi untuk ditanami tanaman multifungsi guna mendukung ketersediaan pakan orangutan dan juga sebagai koridor supaya orangutan nya bisa masuk kembali kepada hutan yang memang diperuntukkan untuk habitatnya,” jelas Wanda.

Diskusi yang dilakukan cukup menarik dan banyak peserta yang antusias bertanya. Salah seorang masyarakat, Ahmad Juni Ritonga mempertayakan jika dia punya lahan 1 ha, maka berapa banyak pohon yang ditanam dan bantuan apa saja yang diberikan.

Mananggapi hal tersebut, Wanda menjelaskan bahwa untuk 1 ha lahan, maka akan diberikan tanaman sekitar 400 s/d 450 batang dengan komposisi 70% tanaman multifungsi dan 30 persen tanaman pakan khusus Orangutan. Selain itu juga akan diberikan bantuan perawatan setiap 3 bulan sampai maksimal umur pohon 2 tahun (tidak perlu dirawat lagi).

Kegiatan FGD diakhiri dengan penandatanganan kesepakatan yang menyatakan dukungan masyarakat Desa Bulu Mario terhadap kegiatan penanaman yang akan dilakukan. Masyarakat desa diwakili oleh Kepala Desa Bulu Mario, Marganti Ritonga serta 2 orang tokoh mayarakat dan adat desa. Selanjutnya dilakukan penyerahan bantuan bibit kepada masyarakat.***MB

Penulis : Tim website