Dientry oleh Rizda Hutagalung - 22 October, 2018 - 1031 klik
Menguak Kegelapan di Negeri Piliana - Maluku Tengah, Tim PLTMH BP2LHK Makassar Survey Lokasi

BP2LHK Makassar (Makassar, Oktober 2018)_Setelah membahas kerjasama terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) beberapa waktu lalu, tim PLTMH Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar didampingi tim Balai Taman Nasional (BTN) Manusela, Kamis (18/10/2018) melakukan survei lokasi detail dalam pembuatan feasibility study dan design engineering detail pembangunan PLTMH di Negeri Piliana.

“Rencananya, pengembangan PLTMH di Negeri (wilayah administrasi setingkat desa) Piliana akan menggunakan sumber air potensial dari aliran Sungai Kapehua, salah satu hulu dari Sungai Makariki yang mengalir di Kecamatan Tehoru dengan debit air berkisar 300 liter/detik,” kata Hunggul, tim PLTMH BP2LHK Makassar menjelaskan hasil survey.

“PLTMH Piliana akan dibangun dengan target daya sebesar 50 KW dan akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan listrik 50 rumah warga dan 10 buah fasilitas umum yang belum teraliri listrik dari PLN,” tambah Hunggul.

Sebagaimana dijelaskan oleh Agustinus Ilelapotoa selaku Raja (Kepala Negeri/Desa) Piliana, jumlah penduduk Negeri Piliana sebanyak 137 KK (696 jiwa) yang menempati 100 rumah, artinya ada beberapa rumah yang ditempati lebih dari satu kepala keluarga.

“Saat ini sebagian rumah penduduk Negeri Piliana telah tersambung listrik PLN. Namun demikian 50 rumah diantaranya masih belum tersambung listrik PLN dan masih mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta beberapa unit mesin genset perorangan,” kata Agustinus saat bertemu dengan tim survey.

Rencananya, selain untuk pasokan listrik ke rumah penduduk, listrik yang dihasilkan juga akan digunakan untuk pengembangan perkonomian masyarakat Negeri Piliana melalui PUE (Productive Use of Energy) yang juga digagas oleh Hunggul dan tim PLTMH lainnya. Nantinya diharapkan, ini dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, perkebunan dan industri kreatif yang berbasis mikrohidro.

“Dengan target daya 50 KW, rencana listrik yang akan dialirkan untuk 50 buah rumah masing-masing sebesar 450 watt dan 10 buah fasilitas umum masing-masing 900 watt,” jelas Hunggul.

Hasil wawancara dengan masyarakat Negeri Piliana, pengembangan PUE akan diarahkan untuk bangunan pondok pengering yang nantinya bisa dimanfaatkan seluruh masyarakat Negeri Piliana dan akan dikelola oleh kelompok PLTMH Piliana. Hal ini akan disambut antusias oleh masyarakat karena komoditas pertanian dan perkebunan: cengkeh, coklat dan pala yang menjadi sumber utama pendapatan mereka selama ini dikeringkan hanya mengandalkan sinar matahari dengan dijemur di jalan negeri atau di halaman rumah.

Sebagai informasi, sumber pendapatan masyarakat Piliana rata-rata adalah petani, ada juga yang bekerja sebagai tukang bangunan dan sebagai porter untuk membawa barang para pendaki yang ingin mendaki ke puncak Binaya. Telah terbentuk kelompok porter pendaki di Negeri Piliana ini, sehingga masyarakat yang tergabung dalam kelompok ini bisa bergiliran dalam mengantar para pendaki. Biaya porter ini perhari Rp. 150.000,- sehingga bisa menunjang pendapatan keluarga, terutama di musim-musim pendakian.

Menurut Levinus selaku porter Binaya, puncak gunung Binaya berjarak sekitar 20 km dari Negeri Piliana yang bisa ditempuh selama 2 – 4 hari (tergantung pendaki). Gunung Binaya ini termasuk dalam seven summit puncak nusantara yang terkenal dengan nama gunung sembilan, karena ada sembilan puncak gunung yang dilalui sebelum mencapai puncak gunung Binaya dengan ketinggian 3.027 m/dpl.

Secara administratif, Negeri Piliana termasuk dalam wilayah kerja BTN Manusela di STPN II Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Negeri Piliana merupakan perkampungan yang berbatasan langsung dengan Kawasan TN Manusela, yang menjadi pintu masuk pendakian Gunung Binaya dari arah selatan.

Aksesibilitas negeri ini cukup baik dengan jalanan aspal yang bisa dilalui kendaraan roda empat sampai ke tengah perkampungan. Negeri Piliana dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Sementara itu, dari Kota Masohi sebagai ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, negeri ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melalui kota Kecamatan Tehoru selama kurang lebih 3 jam.

Tim PLTMH memulai perjalanan ke Negeri Piliana ini dengan menggunakan pesawat udara dari Bandara Hasanuddin Makassar menuju ke Bandara Pattimura Ambon, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan kapal cepat dari Ambon ke Masohi (Pulau Seram) selama 2 jam. Dari Masohi dilanjutkan perjalanan menuju ke Negeri Piliana menggunakan mobil.

Diharapkan setelah terbangunnya PLTMH di Negeri Piliana, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku ini dapat menerangi seluruh Negeri Piliana dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Piliana ke depannya.***Tim PLTMH

Penulis : Tim PLTMH BP2LHK Makassar