Dientry oleh Rizda Hutagalung - 22 October, 2018 - 1599 klik
Strategi Peningkatan PNBP dari KHDTK Aek Nauli

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, Oktober 2018)_”Ayo semangat, kelola dan kembangkan potensi yang ada di KHDTK untuk menambah PNBP dan saya tantang juga supaya targetnya nanti bisa menjadi BLU, sehingga menjadi model bagi UPT yang lain,” kata Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si dalam diskusi yang membahas strategi peningkatan PNBP dari pengelolaan KHDTK di Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Kamis (18/10/2018).

Dalam rapat yang dihadiri oleh pengelola KHDTK Aek Nauli dan pengurus Koperasi Pegawai Nengeri (KPN) Sliva BP2LHK Aek Nauli ini, Sylvana menyampaikan bahwa baru ada tiga kegiatan yang bisa ditarik PNBP dari KHDTK, yaitu camping, fotografi, dan juga video syuting. Namun dengan pengelolaan yang baik, ketiga kegiatan tersebut bisa dibuat menjadi paket wisata ilmiah bagi pengunjung.

 “Jadi yang kita promosikan bukan tiga kegiatan itu saja, tapi bisa dipadukan dengan dengan kegiatan lain yang menarik. Sebagai contoh, kita bisa padukan camping dengan paket panen lebah madu, edukasi tentang tanaman hutan, tracking, dll. Sehingga jasa yang didapatkan selain untuk PNBP, tetapi bisa ikut menunjang pengelolaan dan pengembangan wisata ilmiah ke depannya,” tambah Sylvana.

Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Kepala BP2LHK Aek Nauli, Pratiara, S.Hut M.Si menyampaikan bahwa BP2LHK Aek Nauli pada tahun 2017 sudah menghasilkan PNBP dari pengelolaan camping. Untuk tahun 2018, seluruh pengelolaan wisata ilmiah secara legal sudah diserahkan kepada manajemen sendiri yang dibentuk dan juga bekerjasama dengan koperasi, sehingga pengelolaannya diharapkan bisa lebih baik.

Pratiara juga menyampaikan, terkait wisata ilmiah lebah madu, dalam bulan Oktober ini saja sudah banyak tamu/pengunjung yang akan datang, sehingga PNBP nya pun sudah pasti akan bertambah.

“Untuk rencana ke depan, selain lebah madu, kita akan adakan juga wisata ilmiah yang lain, seperti jungle tracking, pembuatan arang kompos dan asap cair, pengenalan pohon hutan, pengenalan jenis jamur, dan lain-lain,” kata Sylvana.

Di akhir diskusi, Sylvana berharap wisata ilmiah ini dapat benar-benar dikelola secara serius. Apa yang sudah menjadi ide dan sudah tertulis, jika tidak segera diterapkan, maka akan menjadi sesuatu yang percuma. Semua harus berusaha dengan maksimal, karena jika ini berhasil dan semakin meningkat, maka selain menjadi prestasi hal ini juga akan menjadi prestise bagi seluruh pegawai.

Sylvana juga menyarankan bahwa yang terlibat dalam wisata ilmiah ini tidak hanya pegawai BP2LHK Aek Nauli saja, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar, sehingga bisa ikut meningkatkan pendapatan mereka.

“Kalau pegawai kita punya aturan dan waktu yang terbatas untuk beraktifitas di saat jam kerja, jadi lebih baik kalau ada tenaga khusus dari luar yang kita pekerjakan untuk mengelola. Selain itu masyarakat juga bisa kita libatkan dalam hal kegiatan pendukungnya, seperti penyediaan makanan, souvenir, dan sebagainya, namun tetap dikoordinasi oleh koperasi,” pungkas Sylvana.***MB

Penulis : MB