Dientry oleh Rizda Hutagalung - 05 November, 2018 - 1107 klik
Dari Kebun Benih Bersertifikat, B2P2BPTH Siap Menyediakan Benih Unggul Kayuputih

B2P2BPTH (Yogyakarta, November 2018)_Saat ini, Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2P2BPTH) Yogyakarta telah memiliki dua kebun benih kayuputih yang telah tersertifikasi yaitu Kebun Benih Klon kayuputih Playen dan Kebun Benih Semai F-2 Kayuputih. Dari kebun benih bersertifikat ini, B2P2BPTH menyatakan kesiapannya menyediakan benih unggul kayuputih.

“Kebun benih klon kayuputih telah menghasilkan benih unggul yang telah dilepas oleh Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup tahun 2015 sesuai dengan SK nomor 352/Menlhk-Setjen/2015. Sampai saat ini benih hasil kebun benih klon telah banyak digunakan dalam penanaman skala luas di Indonesia seperti di Bima, Biak dan Bali,” kata Anto Rimbawanto, peneliti B2P2BPTH di ruang kerjanya, Jumat (2/11/2018).

“Pada skala kecil pembangunan kebun kayuputih dan penyulingannya telah dilakukan untuk masyarakat di desa Rimbajaya, Biak Papua Barat, sedangkan untuk skala industri kebun kayuputih seluas 4.000 ha dan pabrik penyulingannya telah dibangun di Desa Katupa, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat,” tambah Anto.

Menurutnya, jika akses masyarakat luas terhadap benih unggul kayuputih semakin terbuka, maka bukan tidak mungkin akan lebih banyak lagi UKM/IKM yang bergerak di bidang penyulingan dan pengemasan minyak kayuputih. Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan penghasil minyak kayuputih terbesar di dunia dan telah mempunyai semua perangkat yang dibutuhkan (plasma nutfah unggul, lahan, iklim, manusia dan pembiayaan) untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. 

Sebagai informasi, kedua kebun benih yang sudah bersertifikat ini berlokasi di Desa Banyusoco, Playen Gunung  Kidul Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan Surat Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan Wilayah I Palembang  nomor : S 192/BPTH.I-3/2018 tanggal 6 september 2018 perihal Sertifikat Sumber benih.

Dalam bukunya berjudul “Minyak Kayuputih dari Tanaman Asli Indonesia untuk Masyarakat Indonesia”, Anto Rimbawanto dan tim peneliti B2P2BPTH lainnya, Noor Khomsah Kartikawati dan Prastyono menjelaskan bahwa Kebun Benih Semai generasi kedua (F2) dibangun tahun 2009 di Playen, Gunung Kidul seluas 0,65 Ha dan merupakan konversi dari uji keturunan yang telah melalui seleksi.

“Sedangkan Kebun Benih Klon dibangun dengan menggunakan perbanyakan vegetatif penyambungan (grafting) dari pohon-pohon unggul sehingga lebih cepat menghasilkan benih. Kebun Benih Klon ini di bangun tahun 2008 di Playen Gunung Kidul seluas 0,5 Ha dan terdiri dari 30 klon,” jelas Anto dan tim.

Dengan demikian, sesungguhnya tidak alasan yang bersifat teknis untuk mengimpor minyak substitusi jika sumber bahan baku tersedia melimpah dan industri penyulingan juga tumbuh. Sebagai informasi, saat ini volume impor minyak ekaliptus diperkirakan sudah 6 kali lipat dari volume minyak kayuputih yang diproduksi di dalam negeri. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam setiap botol kemasan minyak kayuputih volume 100 ml terdiri dari 17 ml minyak kayuputih dan 83 ml minyak ekaliptus.

Alangkah ironisnya jika minyak kayuputih yang diperoleh dari tumbuhan asli Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri atau bahkan digantikan dengan minyak ekaliptus. Dengan benih unggul dari kebun benih bersertifikat, sudah saatnya Indonesia menjadi bangsa yang swasembada minyak kayuputih.***EDL

Penulis : EDL