Dientry oleh Rizda Hutagalung - 05 November, 2018 - 1104 klik
FGD Pemberdayaan Masyarakat untuk Mendukung Ekowisata TWA Menipo

BP2LHK Kupang (Kupang, November 2018)_Untuk mengetahui peta peluang dan hambatan memulai usaha ekonomi kreatif berbasis sumberdaya lokal dan membahas strategi pengelolaan usaha ekonomi kreatif ekowisata di TWA Menipo, tim peneliti Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Kupang mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Kantor Resort TWA Menipo di Desa Enoraen, Kamis (25/10/2018).

FGD yang melibatkan stakeholders lingkup Desa Enoraen ini dirancang oleh tim peneliti yang terdiri dari Peneliti Muda Budiyanto Dwi Prasetyo, S.Sos, MA., Retno Setyowati, S.Hut. dan Teknisi Litkayasa, Marianus E.E. Naiaki. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan penelitian “Pemberdayaan Masyarakat untuk Mendukung Ekowisata Taman Wisata Alam (TWA) Menipo Nusa Tenggara Timur (NTT)”.

Dalam diskusi tersebut, Budiyanto memberikan pemantik (trigger) diskusi kepada audiens yang teridiri dari aparat Pemerintah Desa Enoraen, tokoh adat, petugas resort TWA Menipo (BBKSDA), guru, tokoh pemuda dan anggota masyarakat Mitra Polhut, untuk secara partisipatif mengeksplorasi bentuk-bentuk peluang dan hambatan dalam memulai usaha ekonomi kreatif.

Kepala Desa Enoraen, Fransiskus Ton, mengatakan, meski peluang peningkatan ekonomi dari sektor wisata di Desa Enoraen sudah tampak, namun keterbatasan infrastruktur desa seperti jalan desa yang rusak, keterbatasan pasokan air bersih, dan belum teraliri listrik, masih menjadi hambatan utama untuk memulai usaha kreatif. “Infrastruktur yang masih kurang, tentu membuat kami kesulitan untuk memulai usaha ekonomi apapun, dan hal ini tentu akan membuat wisatawan tidak nyaman,” ungkap Franskiskus.

Selain itu, belum ditentukannya lokasi sentra usaha ekonomi kreatif dan fasilitas pendukung bagi wisatawan di gerbang masuk ke Pulau Menipo di Desa Enoraen menjadi topik menarik yang diungkapkan audiens yang hadir. Fasilitas pendukung tersebut yaitu tempat parkir, pusat informasi, pusat penjualan oleh-oleh dan souvenir, dan toilet umum,  

Pada sesi penjaringan strategi pengelolaan usaha ekonomi kreatif ekowisata di TWA Menipo, diskusi mengerucut kepada beberapa poin penting untuk ditindaklanjuti. Pertama, segera membentuk kelompok yang nantinya akan mengorganisir kegiatan pelayanan wisatawan di Desa Enoraen. Kedua, pihak desa bersama kelompok ekowisata terus melakukan koordinasi dengan pihak BBKSDA NTT untuk memastikan adanya pembagian tugas yang jelas dalam melayani wisatawan yang datang. Ketiga, segera dirancang berbagai pelatihan terkait pengelolaan ekowisata untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas kelompok agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan yang datang.***BDP

Penulis : BDP