Dientry oleh Rizda Hutagalung - 10 November, 2018 - 2961 klik
DAS Kritis: Tantangan Sains Pengelolaan DAS di Indonesia

Balitek DAS (Surakarta, November 2018)_”Mengemban rehabilitasi lahan kritis 5,5 juta ha dan 15 DAS kritis atau prioritas menjadi tantangan pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), termasuk bagi sains,” kata Dr. Agus Justianto, Kepala Badan Litbang dan Inovasi (BLI) dalam sambutan dan arahannya pada Koordinasi Pengelolaan DAS Regional Jawa Tengah di Hotel Harris Solo, Kamis (1/11/2018) lalu. 

Sebagaimana diketahui, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, pemerintah memprioritaskan 15 DAS prioritas dari 108 DAS kritis untuk dipulihkan terlebih dahulu. Ke-15 DAS tersebut adalah Citarum, Ciliwung, Cisadane, Serayu, Bengawan Solo, Brantas, Asahan Toba, Siak, Musi, Way Sekampung, Way Seputih, Moyo, Kapuas, Jeneberang dan Saddang. 

Menurut Agus, sains memegang peranan penting dalam memberikan landasan tata kelola DAS sehingga terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.  

Lebih lanjut Agus menyampaikan bahwa saat ini kerusakan DAS semakin meningkat karena adanya kebutuhan lahan yang semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kepentingan pembangunan sektoral dan daerah yang berakibat pada berubahnya status, fungsi dan peruntukan kawasan hutan menjadi penggunaan lain juga menjadi penyebabnya. Kerusakan DAS ini memerlukan pengelolaan yang tepat sesuai dengan kondisi administrasi pemerintahan, kelembagaan, sosial kemasyarakatan dan biofisiknya.

“Selama ini telah banyak sains teknis pengelolaan DAS, konservasi tanah dan air, serta mitigasi bencana yang dihasilkan. Sayangnya, belum banyak sains dan pengetahuan tersebut yang menjadi dasar dan pilar kebijakan maupun para praktisi penggunaan lahan,” kata Kabadan.

Terkait itu, Kabadan memberikan strategi yang perlu dilakukan agar sains dan pengetahuan yang telah dihasilkan, terutama oleh BLI, dapat dimanfaatkan sebagai dasar dan pilar pembuatan kebijakan maupun pemangku kepentingan. Strategi tersebut adalah: melibatkan para pihak pemangku kepentingan dalam proses pelaksanaan riset; aktif mempromosikan progress dan hasil yang dicapai kepada pengguna; mengintegrasikan ide-ide dalam agenda-agenda program pemangku kepentingan; membangun jaringan dengan para pihak; meningkatkan jangkauan para pihak baik nasional maupun internasional; serta terus melakukan pengawalan implementasi sains dan pengetahuan.

“Cara-cara seperti bentuk konsultansi, asistensi, bimbingan, program bersama, akan mempercepat coproduksi sains dan pengetahuan, dan peningkatan adopsinya,” tegas Agus.

Oleh karena itu, Kabadan memberikan apresiasi atas terselenggaranya pertemuan “Koordinasi Pengelolaan DAS Regional Jawa Tengah”. Kabadan menyatakan bahwa komunikasi para pihak sangat penting, terutama dalam membangun proses deliberasi antar pihak.

“Saya berharap, kita dapat bersinergi, berkontribusi sumber daya yang kita miliki untuk membantu pemerintah mewujudkan DAS yang berkelanjutan. Pertemuan ini merupakan awal, saya yakin banyak harapan yang perlu ditindaklanjuti oleh masing-masingpi hak. Saya juga berharap, kolaborasi-kolaborasi aksi konkrit konservasi DAS akan terbentuk setelah hari ini,” pungkas Kabadan.***

 

Berita Terkait:

  1. Hasil Iptek Pengelolaan DAS, Dukungan Kuat Pemulihan DAS Kritis di Indonesia
  2. Koordinasi Pengelolaan DAS Regional Jawa Tengah, Sinergikan Hasil Riset Pengelolaan DAS

 

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id 

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

Penulis : Tim website