Dientry oleh Rizda Hutagalung - 14 November, 2018 - 1346 klik
Torehkan Sejarah, BP2LHK Banjarbaru Lahirkan Profesor Riset

BP2LHK Banjarbaru (Banjarbaru, November 2018)_Rabu (7/11/2018), Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Banjarbaru menorehkan sejarah baru, salah satu penelitinya, Dr. Drs. Acep Akbar, MP dikukuhkan sebagai Profesor Riset bidang kepakaran Kebakaran Hutan. Prof. Riset Dr. Acep Akbar, Peneliti Utama yang telah menggeluti dunia penelitian selama 34 tahun ini menjadi profesor riset pertama di BP2LHK Banjarbaru.

“Perjuangan yang panjang akhirnya membuahkan hasil,” ungkap Acep terharu saat ditemui di lokasi pengukuhan, Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta.

Sebelum dikukuhkan, Dr. Drs. Acep Akbar menyampaikan orasinya di hadapan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Dr. Siti Nurbaya Bakar dan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Laksana Tri Handoko, MP dan para pejabat eselon I dan eselon II lingkup KLHK, peneliti dan teknisi lingkup BLI, dan undangan yang hadir.

Orasi dan pengukuhan profesor ini dipimpin oleh Wakil Ketua LIPI, Prof. Dr. Ir. Bambang Subiyanto, M.Agr. selaku Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan sekretaris pengukuhan Prof. Riset Dr. Ir. Nina Mindawati. Para profesor riset lingkup Kementerian LHK turut hadir dalam prosesi acara tersebut.

Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Pencegahan Kebakaran Hutan Melalui Penerapan Teknik Silvikultur Tepat Guna dalam Mengelola Hutan Tanaman”, Dr. Acep menyampaikan bahwa kebakaran menjadi salah satu ancaman serius terhadap hutan dan lahan di Indonesia. Kebakaran hutan telah berlangsung sejak zaman penjajahan dan berlangsung setiap tahun khususnya musim kemarau.

Menurutnya, strategi pencegahan yang bisa dilakukan adalah pembukaan lahan tanpa bakar dan teknik silvikultur tepat guna. Pembukaan lahan tanpa bakar ditujukan tidak hanya kepada masyarakat tradisional, namun semua pihak pengguna api.

“Selama proses pendidikan belum diadopsi oleh masyarakat pengguna api, maka aplikasi teknik silvikultur tepat guna oleh perusahaan pembangunan hutan yang mengarah kepada minimalisir hazard berupa bahan bakar halus (fine fuel) di bawah tegakan hutan merupakan tindakan paling efektif,” kata Acep.

Lebih lanjut, Dr. Acep Akbar menyampaikan bahwa teknik silvikultur tepat guna sangat potensial dijadikan salah satu strategi kebijakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan oleh pemerintah. Hal ini penting untuk mendisiplinkan perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pembangunan tanaman hutan yang dilengkapi dengan manipulasi lingkungan dan sosial melalui pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.

Dalam sambutannya, Kepala LIPI, Dr. Laksana Tri Handoko menyampaikan ucapan selamat kepada profesor riset yang dikukuhkan serta kepada BLI yang telah mendorong riset dan litbang di Indonesia.

“Menjadi profesor riset adalah puncak karir seorang peneliti. Namun hal ini bukanlah akhir dari karier sebagai peneliti tetapi awal untuk melakukan riset yang lebih berkualitas dan melakukan regenerasi peneliti-peneliti muda di masa yang akan datang, khususnya di Balai Litbang dan Inovasi,” kata Dr. Laksana.

Mengapresiasi pengukuhan ini, Menteri LHK, Dr. Siti Nurbaya dalam sambutannya menyampaikan, lembaga litbang memiliki peranan penting dalam peradaban manusia dan merupakan tulang punggung kemajuan suatu bangsa, tulang punggung kemajuan di semua bidang, tidak terkecuali Kementerian LHK.

“Selamat bekerja dan terus berkarya, Indonesia dan dunia menunggu kontribusi nyata kita,” kata Menteri Siti.

Selain Dr. Acep Akbar, juga dilakukan pengukuhan profesor riset bidang kepakaran Biodeteriorasi dan Pengawetan Lignoselulosa kepada Dr. Djarwanto, peneliti utama di Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Pada kesempatan tersebut, Dr. Djarwanto menyampaikan orasinya berjudul “Jamur Pelapuk Kayu dan Pelestarian Sumber Daya Hutan”.

Selamat kepada Prof. Riset Acep Akbar dan Prof. Riset Dr. Djarwanto.***JND

Penulis : Junaidah