Dientry oleh Rizda Hutagalung - 17 November, 2018 - 835 klik
Sosialisasi INSINAS dan PPTI di BP2LHK Manokwari

BP2LHK Manokwari (Manokwari, November 2018)_Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari, Kamis  (15/11/2018) menerima kunjungan Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Dr. Eng. Hotmatua Daulay, M.Eng, B.Eng beserta tim. Kunjungan ini bertujuan untuk mensosialisasikan insentif penelitian Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS)  dan Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI), sekaligus membedah proposal yang telah disiapkan oleh peneliti BP2LHK Manokwari.

Kegiatan ini diawali dengan kunjungan tim dari Kemenristekdikti ke beberapa sarana dan prasana yang ada di BP2LHK Manokwari, seperti Herbarium Papuaense, penangkaran kura-kura leher ular, dan koleksi tumbuhan obat. Selama mengunjungi sarana dan prasarana ini, Hotmatua Daulay yang memimpin kunjungan kerja ini berkali-kali menyampaikan kekagumannya terhadap berbagai sumber daya alam yang dimiliki Papua. Doktor lulusan Jepang ini bahkan menantang BP2LHK Manokwari supaya berani memiliki mimpi membangun herbarium dengan jumlah koleksi terbanyak di dunia. 

Setelah kunjungan ke beberapa sarana dan prasarana BP2LHK Manokwari, kegiatan dilanjutkan di Ruang Matoa BP2LHK Manokwari. Membuka acara, Kepala BP2LHK Manokwari, Dana Apriyanto, S.Hut, M.T., M.Sc memaparkan profil BP2LHK Manokwari, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BP2LHK Manokwari, dan capaian BP2LHK Manokwari.

Kepada tim yang berkunjung, Kepala BP2LHK Manokwari menyampaikan bahwa peneliti BP2LHK telah mencoba membuat dan mengusulkan lima proposal untuk insentif INSINAS. Kepala BP2LHK Manokwari sangat mengharapkan saran dan masukan agar proposal yang diusulkan nantinya dapat bersaing dengan proposal dari institusi lainnya.

Dalam sosialisasinya mengenai INSINAS dan PPTI, Hotmatua Daulay menyampaikan bahwa insentif ini merupakan stimulant atau penyemangat untuk mendorong peneliti melakukan riset yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hotmatua juga memberikan banyak contoh yang dapat mengubah cara berpikir seorang peneliti dalam bekerja dan membangun penelitian yang kompetitif.

“Salah satu contoh menarik yang disampaikan dalam sosialisasi ini adalah dalam bidang seni, khususnya musik. Jika seni musik berjalan sendiri, maka seni itu hanya sebatas seni. Ketika musik dipadukan dengan kesehatan, maka musik dapat dikembangkan menjadi terapi untuk tidur, terapi untuk otak, terapi stress, terapi perbaikan mental, dan lain-lain. Poin penting yang ingin disampaikan disini adalah peneliti bisa melakukan banyak hal apabila dapat bekerja sama dengan berbagai pihak dari berbagai disiplin ilmu,” kata Hotmatua.

Menurut Hotmatua, peneliti perlu mengubah cara berpikirnya. Jika peneliti masih berfokus pada keingintahuan (fokus di hulu), maka peneliti tersebut tidak akan mampu mengembangkan hasil penelitiannya. Hasil dari cara berfikir seperti ini pun umumnya hanya akan sebatas diskusi di pertemuan-pertemuan ilmiah.

“Untuk itu, peneliti perlu meniru konsep berpikir B.J. Habibie: “Bermula dari akhir, dan berakhir dari awal”. Dengan kata lain, peneliti perlu berpikir untuk menghasilkan suatu produk yang dapat membawa manfaat yang luar biasa (berpikir di hilir),” tambah Hotmatua.

Selain itu, peneliti perlu mengingat bahwa menghasilkan suatu teknologi tidak mesti melakukan penelitian dasar lebih dulu. Sebagai contoh, ketika peneliti ingin membuat pesawat terbang yang kompetitif, dimana biokomposit merupakan salah satu material penting di dalamnya, maka peneliti kemudian bisa melakukan riset dasar untuk melihat bahan baku biokomposit yang paling baik untuk pesawat terbang ini. Hal ini sangat berbeda dengan melakukan penelitian biokomposit lebih dahulu tanpa memikirkan ujungnya mau membuat apa.

Hotmatua Daulay juga menyampaikan bahwa insentif INSINAS bertujuan untuk menguatkan sistem inovasi nasional melalui peningkatan sinergi, produktivitas dan optimalisasi sumber daya litbang nasional. Dengan demikian, penelitian yang tidak menghasilkan jurnal, HKI , dan prototipe akan sangat sulit untuk mendapatkan insentif INSINAS.

Dijelaskan juga, skema insentif INSINAS ada tiga yaitu skema individu (satu lembaga saja), kemitraan (sinergi dengan lembaga yang lain), dan konsorsium (sinergi dan kontribusi dana dari berbagai lembaga lain). Sementara itu, PPTI bertujuan untuk meningkatkan relevansi dan produktivitas litbang untuk memenuhi teknologi di industri. Berbeda dengan INSINAS, luaran dari PPTI adalah prototipe yang siap diproduksi massal.

Setelah selesai melakukan sosialisasi insentif INSINAS dan PTPI, Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemenristekdikti ini kemudian membedah proposal peneliti BP2LHK Manokwari. Bedah proposal ini dilakukan secara bergiliran sehingga peneliti dari masing-masing proposal bisa berdiskusi dengan lebih leluasa. Hotmatua Daulay banyak memberikan saran dan masukan supaya proposal BP2LHK Manokwari ini dapat bersaing dengan proposal dari instansi lain.***FJH&SYK  

Penulis : Tim website