Dientry oleh Rizda Hutagalung - 28 November, 2018 - 1111 klik
BP2LHK Aek Nauli Latih Petani Lebah Madu di Kawasan Penyangga TN Gunung Leuser

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, November 2018)_Dalam rangka pengembangan usaha ekonomi produktif pada desa model konservasi di kawasan penyangga TN Gunung Leuser, 21 s/d 22 Nopember 2018 lalu, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) mengadakan kegiatan pembentukan kelompok dan pelatihan petani lebah madu di Desa Namo Sialang (Tangkahan), Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh 30 orang petani dari 2 desa (Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang) ini, Balai penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli menugaskan 2 orang Teknisi Litkayasa, yaitu Aam Hasanudin, S.Hut dan Firman untuk hadir sebagai narasumber.

“Harapan kami dengan diadakannya kegiatan pelatihan budidaya lebah madu ini semakin meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga persepsi mereka terhadap hutan menjadi berbeda, sehingga ikut serta dalam menjaga kawasan dan berbagai kegiatan konservasi, karena kawasan konservasi itu memberikan kontribusi yang nyata buat mereka,” kata Fitriana Saragih, S.Hut, M.Si, Kepala Seksi Pelayanan dan Pemanfaatan BBTNGL saat pembukaan.

Fitriana menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mereka tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan kawasan seperti perambahan dan segala macam kegiatan merugikan lainnya.

“Di samping itu, kita mengharapkan desa-desa yang telah kita jadikan tempat pelatihan ini dapat menjadi desa model konservasi, artinya dapat menjadi contoh bagi desa-desa di sekitarnya terhadap keberhasilan masyarakat memanfaatkan kawasan hutan tanpa harus merusaknya,” tambah Fitri.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Resort Tangkahan dan Pengelolaan Gajah, Bidang Wilayah III Stabat BBTNGL, Iskandaruddin, S.Si, M.Si menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini cukup efektif karena masyarakat selama ini sudah merasakan manfaat dari adanya hutan, akan tetapi hanya terfokus kepada ekowisata saja.

“Pelatihan lebah madu ini paling tidak bisa membuka paradigma mereka bahwa peningkatan perekonomian didapat bukan hanya dari turis ataupun wisatawan yang datang, tapi ada hasil-hasil hutan lainnya yang bisa dimanfaatkan tanpa merusak hutan,” kata Iskandar.

Kegiatan pelatihan pada hari pertama dimulai dengan penyampaian materi teori oleh Aam, yaitu mulai dari pengenalan jenis-jenis lebah madu, potensi budidayanya, teknik pemanenan madu, serta pemasarannya. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang peralatan yang digunakan serta penentuan lokasi yang tepat untuk budidaya lebah madu.

“Lebah madu, baik apis maupun trigona harus dibuatkan sarang buatan (stup) sebaik mungkin dan juga harus diletakan di lokasi yang tepat. Lokasi penempatan stup yang tepat sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah madu, karena jika lokasinya bagus dan kebutuhan pakan tercukupi bahkan berlimpah, lebah akan betah, cepat berkembang, tidak mudah kabur, dan madu yang dihasilkan juga akan banyak,” jelas Aam

Selanjutnya pada hari kedua dilanjutkan dengan kegiatan praktik pembuatan stup yang dipandu oleh Firman. Dalam hal ini peserta diajari langsung bagaimana cara membuat stup lebah apis dan trigona dalam beberapa ukuran, serta bagaimana membuat frame madunya. Selanjutnya peserta diajak ke lapangan untuk praktik memindahkan langsung lebah trigona yang bersarang di pohon kedalam stup yang sudah dibuat.

Walaupun awalnya peserta masih banyak yang bingung, namun perlahan peserta menjadi sangat antusias mengikuti, terutama pada saat kegiatan praktik dilapangan. Kelengi Sitepu, petani lebah madu binaan BP2LHK Aek Nauli yang ikut serta mendampingi pelatihan ini menjelaskan manfaat yang telah dirasakannya dari usaha budidaya lebah madu ini, antara lain adalah perekonomian yang bertambah, sekaligus dapat memberdayakan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya sebagai tenaga kerja.

“Sejak dilatih dan dibina sampai dengan sekarang, kami telah membudidayakan lebah trigona sebanyak 120 stup, dan ke depannya akan terus berkomitmen untuk mengembangkan lagi karena telah terbukti bermanfaat bagi kami, terutama dari segi penambahan penghasilan. Disamping itu, masyarakat lain yang telah melihat keberhasilan kami, banyak yang ikut tertarik untuk mengembangkannya, karena telah ada bukti yang nyata,” kata Sitepu.

Di akhir kegiatan, Ismed Syahbani, S.Hut, Kepala Seksi Data, Informasi, dan Kerjasama BP2LHK Aek Nauli yang juga berkesempatan hadir, berharap agar nantinya kegiatan ini bisa dilanjutkan sampai dengan tahap evaluasi, bahkan jika memungkinkan sampai dengan pemasaran, sehingga masyarakat merasa dibina dan tidak dibiarkan di tengah jalan.

“BP2LHK Aek Nauli selalu terbuka untuk masyarakat yang mau belajar, jika ada kendala silahkan kontak kami untuk berkonsultasi, atau jika ada kesempatan silahkan berkunjung ke Balai, sekaligus melihat langsung galeri lebah dan taman bunga yang sudah kami buat,” pungkas Ismed.***MB&Hrs

Penulis : Tim website