Dientry oleh Rizda Hutagalung - 06 December, 2018 - 1043 klik
Refleksi Pengelolaan DAS di Indonesia

Balitek DAS (Surakarta, Desember 2018)_Diakui masih banyak permasalahan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia. Oleh karena itu  perlu pembuatan rencana kerja/ platform pengelolaan DAS yang tepat. Tetapi dalam penyusunan platform tersebut tidak perlu seragam, karena setiap DAS mempunyai kekhususan masing-masing (karakteristik yang berbeda-beda).

Hal ini diungkapkan Dr. Hadi Pasaribu, Mantan Kepala Badan Litbang Kehutanan, yang sekarang bergabung di Forest for Life Indonesia pada acara Focus Group Discussion (FGD) "Basis Data Produk Unggulan dan Refleksi DAS: Konsep, Praktik, dan Kebijakan" di kantor Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS  (Balitek DAS),  Kamis (22/11/2018). 

“Ke depan, teman-teman bisa membuat platform pengelolaan DAS untuk general DAS.  Penentuan indikator dan stakeholder dalam harus digali karena kekhususan DAS,” kata Hadi yang juga pernah menjabat Dirjen Pengelolaan DAS ini. 

Hadi menyatakan bahwa persoalan DAS di Indonesia merupakan isu yang longer  atau panjang intensitas persoalan DAS semakin meningkat dengan adanya peningkatan degradasi DAS. Penyebab degradasi DAS menurut hadi, antara lain: kebutuhan  terhadap kualitas dan kuantitas air meningkat; perbedaan persepsi tentang DAS yang berimplikasi terhadap pada kebijakan tata guna lahan dan perbedaan pendekatan strategi dalam pengelolaan DAS dan pengembangan wilayah; perbedaan penetapan indikator fungsi DAS; DAS belum digunakan sebagai satu satuan unit analisa dalam pemanfaatan SDA; dan pemahaman tentang DAS dan sistem pengelolaannya belum sama diantara stakeholders. 

Hadi mengungkapkan bahwa pengelolaan DAS merupakan upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya dengan tujuan menciptakan kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi mahluk hidup (manusia) secara berkelanjutan. 

Menurut Hadi, tolak ukur pengelolaan DAS yang baik adalah tingkat produktifitas yang tinggi, erosi/sedimentasi yang rendah serta fungsi DAS sebagai penyimpan dan produksi air sepanjang tahun; kemampuan menjaga pemerataan fungsi DAS khususnya kepada masyarakat; dan tingkat kelenturan dalam mempertahankan dan mengembalikan kelestarian DAS terhadap perubahan. 

“Fokus pengelolaan DAS adalah air yang terkait dengan kualitas, kuantitas dan distribusi. Konsep pengelolaan DAS harus ada ujung atau indikator yang sama. Integrasi kesepamahaman dalam menentukan tujuan akhir pengelolaan DAS sangat penting. Kita bisa mengatasi kuantitas dan distribusi tetapi kalau kualitas tidak teratasi maka akan gagal,” jelas Hadi. 

“yang sekarang lemah adalah delivery information dan ini tugasnya penyuluh. Ini permasalahan lembaga yang kita desain, dimana dulu ada penyuluh yang qualified. Mungkin untuk mengatasi tersebut bisa membentuk relawan sehingga ada peluang yang bisa kita kembangkan,” pungkas Hadi.

Pada kesempatan tersebut, juga dipaparkan beberapa pemahaman DAS dari aspek hidrologi, lahan dan vegetasi, serta sosial ekonomi yang dipresentasikan oleh perwakilan kelompok peneliti (kelti) di Balitek DAS. Diharapkan kegiatan yang dihadiri oleh seluruh pegawai Balitek DAS Solo dan perwakilan Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Solo ini dapat mencapai suatu pemahaman terkait konsep, praktik, permasalahan, dan kebijakan. Ke depannya dapat lebih menajamkan fokus riset Balitek DAS ke depan.*

 

Informasi Lebih Lanjut:

Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)

Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id

Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp.  0271 - 716709, Fax.   0271 – 716959

Penulis : Tim website