Dientry oleh Muhamad Sahri Chair - 28 December, 2018 - 2975 klik
Tingkatkan Strategi Pengelolaan ANECC, BP2LHK Aek Nauli Selenggarakan FGD

BP2LHK Aek Nauli (Pematangsiantar, Desember 2018)_Dalam rangka mendukung upaya pengelolaan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang “Persepsi dan Strategi Pengelolaan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di KHDTK Aek Nauli” di Siantar Hotel, Kota Pematangsiantar, Kamis, 20/12.

Kepala Seksi Data, Informasi, dan Kerjasama, Ismed Syahbani, S.Hut, dalam sambutannya mewakili Kepala BP2LHK Aek Nauli, menjelaskan bahwa Danau Toba sebagai destinasi wisata, telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Indonesia. Untuk menambah lokasi destinasi wisata di sekitar Danau Toba tersebut, maka dibangunlah ANECC di KHDTK Aek Nauli yang merupakan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba. Namun, pengelolaan ANECC tidak akan maksimal jika tidak melibatkan banyak pihak, sehingga perlu bantuan dan pemikiran dari pihak lain yang terkait untuk pengelolaannya.

“Tujuan dari pelaksanaan FGD ini, selain untuk menyamakan pendapat dan persepsi para pihak terhadap pengembangan konservasi dan ekowisata gajah; juga untuk mendapatkan strategi pengembangan kelembagaan, konservasi, dan ekowisata gajah di ANECC. Saran dan masukan yang bapak ibu sampaikan saat diskusi akan sangat berguna bagi penyusunan rekomendasi pengelolaannya," jelas Ismed.

Lebih lanjut, Wanda Kuswanda, S.Hut, M.Sc, Peneliti Utama BP2LHK Aek Nauli sebagai narasumber FGD memaparkan bagaimana tahapan kerjasama dan pelaksanaan pembangunan ANECC, mengapa KHDTK Aek Nauli yang menjadi lokasi, mengapa satwa gajah yang pilih, tujuan pengembangan ANECC, serta Strategi dan Rencana Akasi Konservasi (SRAK) gajah Sumatera dan gajah Kalimantan.

“ANECC dibangun atas kerjasama para pihak, yaitu antara BP2LHK Aek Nauli, BBKSDA Sumatera Utara, serta Vesswic. Pembangunan ANECC dimaksudkan untuk mengembangkan program konservasi gajah yang juga berfungsi sebagai obyek penelitian dan ekowisata,” papar Wanda.

Sementarai itu perwakilan dari Dinas Pariwisata Kota Pematangsiantar, Robert Trianto menyampaikan bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatera Utara menargetkan 1 (satu) juta kunjungan wisatawan ke Provinsi Sumatera Utara. Dengan adanya potensi wisata baru konservasi gajah di KHDTK Aek Nauli ini, diharapkan dapat mewujudkan target kunjungan wisatawan.

Robert menegaskan bahwa mereka siap membantu memfasilitasi BP2LHK Aek Nauli mendapatkan dukungan anggaran untuk pengelolaan ANECC ini baik dari Disbudpar Provinsi Sumatera Utara maupun berupa CSR dari perusahaan-perusahaan besar di Sumatera Utara.

“Tambahan pembiayaan diharapkan nantinya dapat membantu operasional dan pembangunan berbagai sarana pendukung pelaksanaan ANECC ini, sehingga dapat menarik lebih banyak lagi pengunjung,” ujar Robert.

Pada kesempatan yang sama, Tioner Purba dari Fakultas Pertanian Universitas Simalungun (USI) menyatakan bahwa USI sangat bersyukur sekali dengan adanya kawasan wisata ilmiah konservasi gajah ini. Tioner menilai keberadaan kawasan ini akan menambah wawasan bagi mahasiswa USI ke depannya. Disamping itu, Tioner menyatakan bahwa USI siap membantu berbagai penelitian terkait gajah sehingga nantinya dapat terpublikasikan dan terpromosikan dengan baik.

“Kita bisa mempromosikan keberadaan kawasan wisata ilmiah ini melalui mahasiswa kita, sehingga bisa cepat menyebar infomasinya, karena rata-rata para mahasiswa tersebut cukup aktif di berbagai jaringan media sosial” ungkap Tioner.

Sedangkan Yatiman, perwakilan Hotel Patra Jasa Parapat menyatakan bahwa kedepannya wisata ilmiah konservasi gajah ini dapat bekerjasama dengan Hotel Patra Jasa Parapat dalam hal penyaluran kunjungan wisata.

“Kami selaku pelaku usaha di bidang pariwisata sangat mendukung keberadaan konservasi gajah ini, dengan cara bersama-sama mengembangkan dan mempromosikan keberadaannya” ujar Yatiman.

Dari hasil FGD ini didapatkan kesepahaman dan rumusan yang antara lain adalah berupa pemetaan peran dalam hal penggalian sumber dana yang tidak hanya mengandalkan APBN dan dari LSM, tetapi juga dari CSR dan tarif masuk;  Lembaga pengelolaan yang disarankan dalam masa transisi yang sesuai saat ini adalah koperasi internal; Perlu seorang manajer yang profesional yang bisa mengatur dan mengelola SDM yang sudah ada; serta pelibatan masyarakat untuk mendukung ANECC dalam hal pemenuhan pakan gajah dan penyediaan areal penanaman pakan.

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 27 orang perwakilan dari beberapa pihak/stakeholder terkait seperti Balai Besar Konservassi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic), Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Nagori Sibaganding, Dinas Pariwisata Kota Pematangsiantar, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah II Pematangsiantar, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Simalungun (USI), Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Pematangsiantar, dan Hotel Patra Jasa. ***NNN/Hrs

Penulis : NNN / Haris Muslim