Dientry oleh Master Administrator - 03 January, 2019 - 3275 klik
Koles, Sayuran dari Hutan, Alternatif Mata Pencaharian di Sekitar KPHK Tangkoko

BP2LHK MANADO (Manado, Desember 2018)_Koles, merupakan salah satu jenis sayuran khas Minahasa yang cukup diminati oleh masyarakat. Dikenal dengan nama latin Cyrtandra sp., jenis ini termasuk herba yang tumbuh secara alami di kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi (KPHK) Tangkoko, Sulawesi Utara.

Jenis tumbuhan ini memiliki prospek ekonomi yang cukup baik, sehingga dapat dijadikan alternatif mata pencaharian masyarakat sekitar kawasan hutan. Namun persoalannya, selama ini Koles masih diperoleh dari hutan (tumbuh secara alami) sehingga diperlukan upaya untuk mengembangkannya di luar habitatnya aslinya.

Untuk pengembangan budidaya tumbuhan Koles ini, Yayasan Selamatkan Yaki Indonesi telah bekerjasama dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Bitung. Pada 2018, kerjasama pengembangan budidaya tumbuhan Koles ini diawali dengan melakukan eksplorasi tumbuhan Koles di KPHK Tangkoko. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk melakukan pengambilan spesimen, identifikasi jenis dan pengambilan material untuk uji coba budidaya tanaman Koles di luar habitat aslinya.

“Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa Koles (C. polneura) dapat ditumbuhkan diluar habitat aslinya (ex situ), dengan teknik perbanyakan vegetatif melalui stek. Media tanam terbaik yang digunakan yaitu campuran tanah dan pupuk kendang, serta penggunaan hormon Rootone-F pada konsentrasi 100 ppm dan pemberian naungan yang cukup untuk menjaga kelembaban. Hal ini mengingat habitat asli dari Koles pada daerah ketinggian yang lembab,” jelas Julianus Kinho, ketua tim penelitian Koles dari BP2LHK Manado.

Kegiatan ini berada di bawah Program Enhancing The Protected Area System in Sulawesi (E-PASS) for Biodiversity Conservation yang terselenggara melalui UNDP Indonesian Programme dan pendanaan dari Global Environment Facility’s Trust Fund. Program pengelolaan kawasan konservasi ini mulai dilakukan Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia sejak 2017 dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan.

Mengingat bahwa peran serta masyarakat sekitar kawasan hutan adalah salah satu kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi, maka dilaksanakan uji coba mata pencaharian yang berkelanjutan di desa sekitar KPHK Tangkoko.

“Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia melaksanakan uji coba mata pencaharian yang berkelanjutan (sustainable livelihood) di dua kelurahan di KPHK Tangkoko (Pinangunian dan Kasawari),” ungkap Yunita Siwi selaku Ketua Yayasan Selamatkan Yaki Indonesia di Bitung beberapa waktu lalu.

Untuk pengembangan Koles sebagai alternatif mata pencaharian bagi masyarakat, direkomendasikan dilakukan bersama dengan tanaman hortikultura lainnya seperti rica (Capsicum frutescens L.), terong (Solanum melongena L.) dan labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw). Pertimbangannya karena dapat dipanen secara berulang. Jenis labu siam lebih direkomendasikan karena dalam praktek penanaman di lapangan, labu siam adalah tanaman menjalar yang perlu dibuatkan para-para untuk tempat menjalar sehingga akan terbentuk kolong atau ruang tanam dibawahnya. Kolong tersebut dimanfaatkan untuk penanaman Koles.

Lebih lanjut menurut Siwi, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi ancaman terhadap kawasan dengan mencari alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan. Untuk tahap pertama ini akan dikembangkan tanaman hidroponik dan kerajinan tangan di kelurahan Kasawari dan Permakultur melalui Budidaya Tanaman Koles di Kelurahan Pinagunian.

Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi (KPHK) Tangkoko yang terletak di Kota Bitung, Sulawesi Utara, memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat di kawasan ini dan sebagian diantaranya merupakan jenis flora dan fauna endemik Sulawesi. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian secara khusus, apalagi mengingat perambahan hutan secara illegal, perburuan liar dan perdagangan satwa liar yang dilindungi masih sering terjadi. Untuk itulah, maka perlu dilakukan pengelolaan kawasan hutan konservasi yang lestari dan berkelanjutan.***(JK).

 

Informasi lebih lajut:

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manado
Jl. Raya Adipura Kel. Kima Atas, Kec. Mapanget, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Indonesia)

Email : 
publikasi.bpkmdo@yahoo.com
bp2lhkmanado@gmail.com
bpk_mdo@forda-mof.org


Website :
www.manado.litbang.menlhk.go.id
www.balithut-manado.org


E-Jurnal :
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JWAS

Penulis : Julianus Kinho