Dientry oleh Master Administrator - 14 January, 2019 - 2293 klik
Atasi Limbah Gajah: BP2LHK Aek Nauli Undang PETALA

BP2LHK Aek Nauli (Aek Nauli, Januari 2019)_Keberadaan gajah di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) memberikan tantangan baru bagi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli terkait limbah yang dihasilkannya. Untuk mengatasinya, BP2LHK Aek Nauli mengundang Perkumpulan Petualang Alam Bebas (PETALA) Kota tebing Tinggi untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dalam hal pengolahan limbah.

PETALA adalah organisasi bagi penikmat alam bebas dan kreativitas. Selama ini, kreativitas mereka dalam hal pengolahan limbah rumah tangga sudah diakui dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Itulah sebabnya, BP2LHK Aek Nauli mengharapkan pengalaman PETALA dapat membantu mengatasi limbah yang dihasilkan oleh gajah, baik berupa bekas pakan, kotoran, maupun bekas area “ngangon”gajah.

Wanda Kuswanda, S.Hut, M.Sc., peneliti BP2LHK Aek Nauli, sebagai pelaksana kegiatan litbang ekowisata gajah di sana berharap agar PETALA bisa membantu balai untuk mengolah dan memanfaatkan limbah gajah di ANECC. Baik itu limbah bekas pakan maupun kotorannya. Apabila tidak ada upaya pengolahan limbah, dikhawatirkan menjadi sumber pencemaran dan penyakit bagi pengunjung maupun pengurus ‘mahout’ di lapangan.

“Produk hasil pengolahan limbah gajah ini nantinya akan jadi output kegiatan litbang prinas kami tahun 2019. Kami sudah coba membuat produknya seperti kompos dan kertas, namun kurang maksimal. Jadi kami harap PETALA bisa memberi gambaran dan juga pelatihan kira-kira bisa dijadikan produk apa lagi limbah gajah tersebut, sehingga nantinya selain bermanfaat bagi balai, juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar,” kata Wanda.

Asep Sukmana, SP, M.Sc., peneliti balai yang juga terlibat dalam kegiatan litbang ekowisata gajah, turut menyampaikan harapannya agar produk yang dihasilkan nantinya tidak hanya sekedar mudah dibuat tapi juga menarik bagi masyarakat.

“Dicoba dulu buat bermacam macam produk, kemudian kita lihat dan pilih yang mana yang prospeknya paling menarik dan menjanjikan, sehingga produk pilihan tersebutlah yang akan lebih kita kembangkan,” harap Asep.

Ari Usman, Pembina PETALA, menyampaikan selama ini belum ada atau jarang yang sudah mengolah limbah gajah menjadi produk, baik untuk kompos maupun kerajinan tangan. Menjadi suatu kebanggaan dan tantangan bagi mereka karena BP2LHK Aek Nauli memberikan kepercayaan kepada mereka untuk menyampaikan ide dan memberi pelatihan pengolahan limbah gajah.

“Untuk pemasaran produk limbah sendiri kami sudah punya pemasarannya, tapi memang produknya yang kurang, karena SDM yang membuat produknya juga terbatas. kalau Aek Nauli mau buat juga, kami senang sekali, kami akan dukung, karena akan bisa menjadi peluang usaha jika nantinya dalam pembuatannya juga melibatkan masyarakat sekitar” tutur Ari.

Selanjutnya Rahmad, pengurus PETALA memaparkan beberapa upaya yang sudah pernah dijalankan beberapa organisasi dalam pengolahan limbah, seperti pembuatan Bank Sampah dan Warung Kreasi Daur Ulang. Rahmad juga menjelaskan beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah gajah. Antara lain pembuatan kompos dengan metode Takakura, Caspary, Komposter, dan Biopori, serta pembuatan kerajinan tangan dari sisa limbah bekas pakan.

Dari hasil diskusi, nantinya ada beberapa produk hasil limbah gajah yang akan dibuat yaitu kerajinan tangan antara lain tempat buah, tempat tisu, vas bunga, topi, dan tas. Pembuatan produk hasil limbah itu nantinya akan dilatih oleh PETALA untuk pegawai, ibu-ibu Dharma Wanita, dan juga kelompok masyarakat sekitar balai, seperti Desa Sibaganding dan Desa Parmonangan, sekitar satu atau dua minggu kedepan.

Baca juga: Tingkatkan Strategi Pengelolaan ANECC, BP2LHK Aek Nauli Selenggarakan FGD

Diakhir pertemuan, jajaran BP2LHK Aek Nauli yang hadir mendapat kesempatan mencoba alat rangkaian lampu pijar yang dibawa PETALA. Alat itu untuk mengukur kandungan NPK pada pupuk kimia serta berbagai varian kompos dan asap cair yang dibuat di BP2LHK Aek Nauli. Hasilnya, sebagian besar lampu menyala sama atau lebih terang daripada pupuk kimia, yang menunjukkan bahwa kandungan NPK nya tinggi. Namun, untuk kepastiannya memang perlu dilakukan ujicoba lebih lanjut di laboratorium, sehingga nanti bisa dijadikan rekomendasi kepada masyarakat sebagai alternatif pupuk organik yang berkualitas bagus.***MB

 

Informasi lebih lanjut:
Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) AEK NAULI
http://aeknauli.org
Jl. Raya Parapat Km. 10,5 Sibaganding, Parapat , Sumatera Utara 21174, Telp. 0625 - 41659, Fax. 0625 – 41659
Email: bpk.aeknauli@gmail.com

Penulis : MB - Aek Nauli