SEKILAS INFO
- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Muhamad Sahri Chair -
18 January, 2019 -
1333 klik
Peneliti Harus Pegang Kendali untuk Meredam Plariarisme di Dunia Riset
Balitek DAS (Surakarta, Januari 2019)_Kasus plagiarisme atau plagiat, bukan hal baru di dunia riset dan akademik. Tidak sedikit peneliti maupun akademisi yang telah mendapat sanksi. Meski demikian, kasus ini kerap terulang dan kian marak. Peneliti harus semakin berhati-hati. Sebagai garda terdepan di lembaga riset, peneliti harus mampu memegang kendali untuk meredam maraknya plagiarisme tersebut.
"Plagiarisme menjadi sorotan utama di Badan Litbang. Kita harap kawan-kawan bisa menjaga diri tidak tersangkut plagiarisme. Kendali terbesar adalah kawan-kawan sendiri atau yang bersangkutan," kata Dr. Nur Sumedi, Kepala Balai Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Balitek DAS) pada saat memimpin rapat bulanan di kantor Balitek DAS, Senin (14/01).
Baca juga: Plagiat, Aib Tertinggi di Dunia Riset dan Akademik
Untuk meredam maraknya plagiarisme, Sumedi menekankan bahwa sifat jujur harus melekat pada peneliti. Selain itu, peneliti juga harus bisa melindungi dirinya sendiri atau protected terhadap plagiat. Hal ini bisa dilakukan dengan deteksi antar penulis maupun dengan menggunakan program penulusuran plagiarisme, baik yang berbayar maupun free.
Dalam Panduan Anti Plagiarism yang dilansir laman Perpustakaan UGM dalam situs http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327 , dinyatakan ada beberapa langkah yang harus yang harus diperhatikan untuk mencegah atau menghindari plagiarisme. Diantaranya yaitu melakukan pengutipan dan/atau melakukan paraphrase.
Panduan itu menjelaskan bahwa pengutipan ditandai dengan menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan menyebutkan sumbernya. Selain itu diwajibkan untuk menuliskan daftar pustaka, atas karya yang dirujuk, dengan baik dan benar. Yakni, sesuai pedoman yang ditetapkan masing-masing institusi dalam penulisan daftar pustaka.
Demikian pula saat melakukan paraphrase, sumber tetap disebutkan. Parafrase adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, tanpa mengubah maksud atau makna ide/gagasan dengan tetap menyebutkan sumbernya.
Selain dua hal di atas, panduan tersebut juga menyarankan untuk menggunakan beberapa aplikasi pendukung antiplagiarisme baik yang berbayar maupun gratis. Misalnya alat/aplikasi pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin, Wcopyfind, dan sebagainya. Atau aplikasi Zotero, Endnote dan aplikasi sejenis untuk pengelolaan sitiran dan daftar pustaka.
Baca juga: Tahun 2017, Ada Aplikasi Deteksi Plagiarisme Karya Tulis Ilmiah
"Namun, plagiarisme bisa terjadi karena ketidaktahuan peneliti sendiri kalau perbuatannya termasuk plagiarisme. untuk itu, saya harapkan, kita selalu koordinasi dengan pihak terkait. Bahkan kalau bisa tahun ini, kita undang narasumber untuk sosialisasi plagiarisme," pungkas Sumedi.
Informasi Lebih Lanjut:
Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS (Balitek DAS)
Website : http://dassolo.litbang.menlhk.go.id
Jl. Jend. A. Yani Pabelan Kotak Pos 295, Surakarta 57012, Telp. 0271 - 716709, Fax. 0271 – 716959