Dientry oleh Dyah Puspasari - 05 August, 2019 - 1707 klik
Riset Paleobotani: Upaya Penyelamatan Sejarah Hutan Tropis Purba Indonesia

BLI (Bogor, Agustus 2019)_Fosil kayu merupakan salah satu kekayaan peninggalan sejarah flora di Indonesia. Menyadari perannya sebagai aset ilmu pengetahuan yang bernilai historis tinggi, Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) Badan Litbang dan Inovasi (BLI) sejak tahun 1996 telah melaksanakan riset paleobotani yang dilakukan oleh Mandang dan Martono. Riset yang bertujuan untuk mengetahui identitas botanis, persebaran serta umur fosil kayu tersebut merupakan bagian dari upaya penyelamatan sejarah hutan tropis purba Indonesia.

“Penelitian fosil kayu sangat penting dilakukan. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, juga mempertimbangkan statusnya yang dikhawatirkan semakin langka,” ujar Andianto, S.Hut., M.Si., peneliti P3HH yang menaruh perhatian pada paleobotani, saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini. Hasil riset ini sangat penting untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi generasi yang akan datang, khususnya mengenai sejarah evolusi dunia tumbuhan.

Andianto bersama tim riset paleobotani P3HH yakin bahwa Indonesia masih menyimpan ‘kekayaan sejarah’ fosil kayu hutan tropis yang belum tergali. Meskipun penelitian fosil kayu di Indonesia sudah dimulai pada abad ke-19, yakni tahun 1851 oleh Goopert, namun jarangnya penelitian ini dilakukan, bahkan oleh peneliti Indonesia, menyebabkan informasi yang diperoleh hingga saat ini belum cukup memadai untuk mengetahui potensi sebaran fosil kayu di seluruh Indonesia.

Sejak 2015, Andianto dan tim memulai kembali riset paleobotani. Banten, tepatnya di Kecamatan Curug dan Kecamatan Cimarga di Kabupaten Lebak, adalah salah satu lokasi penelitiannya. Dari hasil identifikasi ciri-ciri anatomi fosil kayu, melalui irisan bidang lintang, radial dan tangensial, Andianto beserta tim peneliti menyimpulkan bahwa jenis fosil kayu yang berasal dari daerah Banten umumnya dari jenis Shoreoxylon sp. (meranti) dan Dryobalanoxylon sp. (kamper).

Berdasarkan metoda radio karbon diperkirakan fosil yang ditemukan di Banten tersebut berumur lebih dari 50.000 tahun. Sementara berdasarkan data peta geologi, diperkirakan berumur Pliosen, yakni skala waktu geologi yang berlangsung 5,3 hingga 1,8 juta tahun yang lalu. Prediksi tersebut merupakan hasil analisis data dengan menggunakan analisa stratigrafi lembar peta geologi Lembar Serang dan International Chronostratigraphic Chart.

Bukanlah suatu kebetulan, fosil kayu banyak ditemukan di Kabupaten Lebak, Banten. Berdasarkan sumber literatur yang ada, Andianto menggambarkan karakteristik wilayah tersebut merupakan satuan ekoregion karst dan sebagiannya merupakan blok patahan yang cenderung berbukit dengan kemiringan lereng dominan lebih dari 37%. Struktur geologi di daerah ini terdiri atas formasi batuan batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan alluvium yang berumur mulai dari masa Miosen awal hingga Resen.

Dari Ekstraktif ke Konservatif

Di beberapa negara, seperti Yunani, Arizona, Mississippi dan Thailand, fosil kayu telah menempati posisi penting sebagai aset sejarah yang dijaga dan dilindungi dalam sebuah kawasan konservasi, yakni taman nasional fosil kayu. Kini, kawasan konservasi tersebut tidak hanya menjadi sumber ilmu pengetahuan, melainkan telah menjelma menjadi kawasan wisata edukatif bertaraf internasional.

Di Indonesia, meski banyak ditemukan di berbagai wilayah seperti Jambi, Kaltim, Flores, dan Gorontalo, sampai saat ini fosil kayu masih dianggap sebagai aset ekonomi semata. Fosil tersebut digali dan diperjualbelikan tanpa pengendalian kuota, dan bahkan sebagian besar tidak diketahui identitas botanisnya. Padahal, fosil kayu Indonesia memiliki nilai historis dan estetika yang luar biasa, yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi salah satu tujuan wisata edukasi sejarah hutan tropis purba kelas dunia.

Berkaca pada pengelolaan fosil kayu di negara lain, sudah saatnya Indonesia beralih dari pola ekstraktif ke konservatif, yang mencakup perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatannya. Pola ini tentu berpotensi mendatangkan manfaat yang berkelanjutan, ketimbang pola ekstraktif yang akan berakhir pada kepunahan.*(RAH)


Informasi lebih lanjut:

PUSAT LITBANG HASIL HUTAN
Website : http://www.pustekolah.org/
E-mail : info@pustekolah.org
Alamat : Jalan Gunung Batu No. 5, Po.Box. 272, Bogor 16110,
Telepon (+62251)8633378, Fax (+6251)863341
Sumber penulisan artikel : Andianto, Rulliaty, S., Ismanto, A., Martono, D. (2015). Laporan Hasil Penelitian Paleobotani (Fosil Kayu Hutan Tropis). Puslitbang Hasil Hutan. Bogor

 

Penulis : Rattah Handisa