Dientry oleh Dyah Puspasari - 16 August, 2019 - 1384 klik
BLI Kini Punya Profesor Riset Bambu Lamina

P3HH (Jakarta, Agustus 2019)_Badan Litbang dan Inovasi (BLI) kini mempunyai profesor riset yang ahli bambu lamina. Dr. Ir. Ignasia Maria Sulastiningsih, M.Sc, peneliti pada Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) yang belasan tahun menekuni riset bambu lamina, berhasil dikukuhkan sebagai Profesor Riset bidang Ilmu Kayu dan Teknologi Hasil Hutan, di Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (15 Agustus 2019).

Pengukuhan dilakukan Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset, Prof. Ris. Dr. Pratiwi, disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang mewakili Menteri LHK. Dengan pengukuhan ini, maka P3HH saat ini memiliki 5 profesor riset. Dr. Sulastiningsih adalah profesor riset ke- 25 dari 471 peneliti di KLHK, dan ke-526 dari 8708 peneliti di Indonesia.

Dalam orasi ilmiahnya, profesor riset yang akrab dipanggil Titin ini memaparkan tentang “Pengembangan Bambu Lamina sebagai Produk Alternatif untuk Mengatasi Kelangkaan Kayu”. Bambu lamina adalah salah satu produk bambu komposit berbentuk papan atau balok dengan elemen penyusun berupa pelupuh atau bilah bambu yang digabungkan menggunakan perekat organik dengan bantuan pengempaan. Bambu lamina ini merupakan produk hijau yang ramah lingkungan, karena berasal dari sumberdaya alam terbarukan. Selain itu, bambu juga cepat tumbuh dengan daur yang relatif pendek serta memiliki penampilan yang unik dan sangat indah (fancy).

“Bambu lamina adalah produk unggulan masa depan sebagai bahan substitusi kayu, tegas Titin. Produknya kuat setara kayu kelas kuat III (tiga) hingga kelas kuat I (satu), serta awet dan stabil. Dimensi dan komposisi lapisan bambu lamina dapat diatur sesuai dengan tujuan penggunaannya, untuk konstruksi, komponen bahan bangunan, mebel dan desain interior. Kelebihan-kelebihan itu membuat bambu lamina sangat menjanjikan sebagai alternatif untuk substitusi kayu yang kian hari semakin langka.

Titin berharap agar pemerintah memanfaatkan teknologi ini sebagai solusi mengatasi kelangkaan kayu di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan kayu untuk perumahan terus meningkat. Kebutuhan rumah per tahun di Indonesia bisa mencapai 2,6 juta unit. Dengan asumsi satu unit rumah memerlukan kayu gergajian sebanyak 3 m3, maka kayu gergajian yang harus disediakan tiap tahun sekitar 7,8 juta m3. Sementara itu industri pengolahan kayu di Indonesia menghadapi masalah kekurangan bahan baku kayu sebesar 20 juta m3 pada tahun 2018. Oleh karena itu pengembangan industri bambu lamina merupakan salah satu kebijakan yang perlu diambil guna mengatasi masalah tersebut.

Profesor riset yang lahir di Banyuwangi pada 31 Juli 1960 ini, telah menjadi peneliti utama di P3HH sejak tahun 2004. Hingga kini, Titin telah menghasilkan publikasi sebanyak 97 karya tulis ilmiah (KTI), dengan 78 KTI berbahasa Indonesia dan 19 KTI berbahasa Inggris.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal KLHK, Dr. Bambang Hendroyono, berpesan agar kita tidak boleh tertinggal dengan negara maju dan negara berkembang lainnya di dalam pengembangan iptek. Indonesia harus mampu menjadi pemain pertama dan utama di dalam setiap perkembangan iptek di dunia.

“Hal ini sejalan dengan semboyan atau tema Hari Ulang Tahun Indonesia ke 74, SDM Unggul Indonesia Maju, yang akan kita peringati serentak di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia” lanjut Bambang.

Pada sidang pengukuhan ini juga dilakukan pengukuhan atas Dr. Dida Syamsuwida, Peneliti Utama pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BP2TPTH) sebagai Profesor Riset di Bidang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.*( TP&WSW)

Penulis : Tipuk Purwanti