- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Dyah Puspasari -
27 September, 2019 -
8521 klik
Peneliti Litbang Kuok Temukan Cara Praktis Uji Kemurnian Madu
BP2TSTH (Kuok, September 2019)_Anda salah satu penggemar madu murni? Kabar baik buat Anda, karena peneliti Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok, Opik Taufik Akbar, S.Hut. telah menemukan cara paktis untuk menguji kemurnian madu. Alat uji madu tersebut berupa larutan dari beberapa bahan kimia yang dikemas dalam botol kecil berukuran sekitar 10 ml.
“Dengan alat uji ini, kita dapat mengetahui zat campuran pada madu murni, apakah mengandung zat tepung seperti maizena dan tapioka, dan juga kandungan jenis gula tambahan seperti gula pasir, gula merah, sirup fruktosa atau dextros,” jelas Opik, saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini.
Menurut Opik, madu yang ditambahkan zat tepung dapat dengan mudah diketahui karena mengandung zat pati atau amilum. Zat itu akan mudah bereaksi dengan iodin. “Cukup satu tetes larutan iodium cair atau lugol pada madu contoh, dalam hitungan detik kita dapat mengetahui madu tersebut dicampur tepung atau tidak, warnanya berubah jadi ungu atau hitam,” paparnya.
Sementara untuk mengetahui madu yang dicampur jenis gula tambahan, lebih lanjut dijelaskan Opik bahwa tahapan yang dilakukan sedikit berbeda. Larutan uji diteteskan pada madu contoh, kemudian diencerkan dan dipanaskan. Apabila mengandung jenis gula tambahan, setelah 5 menit dipanaskan maka warnanya akan berubah apabila mengandung zat gula tambahan.
Larutan tersebut memiliki komposisi bahan kimia tertentu yang merupakan hasil pengembangan yang dilakukan Opik di BP2TSTH Kuok. “Test Kit dan larutan indikatornya, saat ini sedang dalam proses pendaftaran paten,” jelas Opik. Alat ini, meski masih dalam skala laboratorium, sudah dapat diaplikasikan oleh masyarakat, “Tinggal menunggu Hak Patennya keluar,” pungkasnya.
Temuan ini berawal dari keingintahuan Opik untuk membedakan madu murni dan campuran/palsu. Bidang teknologi hasil hutan yang digelutinya di BP2TSTH Kuok, mendukung hal tersebut. Apalagi, lebah madu adalah salah satu penelitian andalan di institusi tempatnya bekerja.
"Teknologi tepat guna ini sangat berguna untuk masyarakat maupun pengusaha madu karena akan menyediakan sidik cepat identifikasi zat tambahan dalam madu," ujar Priyo Kusumedi, S.Hut., MP., Kepala BP2STH Kuok. Harapan kedepan, test kit madu ini bisa dikembangkan lebih lanjut agar bisa di implementasikan oleh pengguna dan segera selesai proses Hak Kekayaan Intelektualnya (HKI), yaitu hak paten.
Selama ini dibutuhkan waktu yang tidak sebentar serta biaya yang tidak murah untuk mengetahui kemurnian madu. Beberapa teknik pengujian madu sederhana memang banyak beredar. Namun, banyak teknik tersebut yang bersifat subyektif sehingga masih banyak madu palsu dianggap madu murni, begitu pula sebaliknya. Dengan menggunakan test kit dan larutan indikator temuan Opik tersebut, tentu lebih praktis dan akurat daripada menguji madu contoh ke laboratorium yang memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar.*(PK&OTA)