Dientry oleh Dyah Puspasari - 25 October, 2019 - 1326 klik
BP2TSTH Kuok Berpartisipasi dalam Peninjauan SNI Holoselulosa

BP2TSTH Kuok (Bogor, Oktober 2019)_Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok berpartisipasi dalam peninjauan Standar Nasional Indonesia (SNI) Holoselulosa dalam Kayu dan Non-Kayu di Bogor, 18-19 Oktober 2019. Peninjauan tersebut untuk mengkaji standar metode uji holoselulosa dalam rangka pengembangan standar industri di Indonesia.

Dalam focused group discussion yang diselenggarakan Pusat Standarisasi Industri, Kementerian Perindustrian, BP2TSTH Kuok bersama dengan Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Departemen Hasil Hutan (DHH) IPB, Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), PT. Intertek Utama Services, dan PT. Indah Kiat Pulp dan Paper turut berpartisipasi dalam pembahasan tentang pentingnya menyepakati satu metode penetapan kandungan holoselulosa yang seragam dan berlaku secara nasional.

“Perhitungan hasil akhir sebaiknya diseragamkan dengan didasarkan pada bobot kering sampel awal karena yang akan dicari adalah kandungan holoselulosa pada sampel serbuk kayu bukan pada sampel bebas ekstraktif. Selama ini laboratorium menggunakan dasar berat sampel yang berbeda-beda tentu saja hasil yang diperoleh dari perhitungan juga berbeda. Kalau menggunakan dasar berat sampel bebas ekstraktif, maka perhitungan total komponen kimia akan lebih dari 100%,” usul Dr. Eka Novrianti, peneliti BP2TSTH Kuok yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Hasil diskusi berupa kesepakatan metode penetapan kandungan holoselulosa pada kayu, dapat menjadi dasar untuk menyusun SNI penetapan holoselulosa yang lebih sesuai dan ramah lingkungan. Pusat Standarisasi Industri selanjutnya akan melakukan prosedur yang diperlukan untuk menguji metode hasil kesepakatan ini. Pengujian akan dimotori oleh BBPK dengan melibatkan laboratorium terkait di DHH-IPB, Pusat Biomaterial LIPI, dan PT. Intertek Utama Services.

Kandungan holoselulosa adalah salah satu variabel yang menentukan kualitas kayu sebagai bahan baku pulp. Kualitas kayu sangat mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Indonesia sebagai salah satu dari produsen pulp terbesar dunia menuntut kualitas yang baik dari bahan bakunya.

Holoselulosa merupakan fraksi karbohidrat total dalam kayu sebagai komponen struktural penyusun dinding sel yang terdiri atas selulosa dan hemiselulosa. Kriteria kayu yang diinginkan adalah kayu dengan kadar selulosa yang tinggi, karena sangat sesuai untuk produk pulp, paper, rayon, dan turunan selulosa lainnya. Kandungan holoselulosa yang tinggi mengindikasikan kandungan alpha selulosa yang tinggi pula.

Sebenarnya, SNI untuk penentuan holoselulosa telah ditetapkan sejak tahun 1989 dengan mengacu pada Technical Association of the Pulp and Paper Industry (TAPPI) dan American Society Testing & Material (ASTM) yaitu SNI 01-1303-1989. Namun dalam perjalanannya SNI ini tidak lagi digunakan karena menggunakan gas klor yang berbahaya dan tidak ramah lingkungan untuk menghilangkan lignin.

Sejak dilarangnya penggunaan klor, modifikasi Metode Wise lebih populer digunakan di Indonesia dalam penentuan holoselulosa pada sampel kayu. Terdapat berbagai variasi modifikasi Metode Wise yang diterapkan oleh berbagai labarotorium untuk penentuan kandungan holoselulosa. Perbedaan interpretasi dalam modifikasi Metode Wise ternyata menghasilkan nilai persentase holoselulosa yang berbeda-beda untuk sampel kayu yang sama. Hal ini menjadi perhatian BBPK yang pada akhirnya melibatkan institusi terkait lain untuk meninjau SNI 01-1303-1989 dan kemungkinan penyusunan SNI baru untuk menetapkan holoselulosa yang lebih sesuai.*(EN)

Informasi lebih lanjut:
Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok
http://balithut-kuok.org/ 

Penulis : Eka Novriyanti