- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Dyah Puspasari -
23 November, 2019 -
853 klik
Membudayakan Stingless Bee di Kawasan Bukit Tigapuluh
BP2TSTH (Kemuning, November 2019)_Lebah tanpa sengat (stingless bee) kian menjadi primadona. Selain harga madunya relatif lebih mahal, kemudahan dalam budidaya dan ketersediaan koloninya di alam, juga sangat menjanjikan. Oleh karena itu, Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok, yang telah puluhan tahun berkecimpung dalam litbang perlebahan, terus membudayakan pemanfaatan stingless bee dikalangan petani lebah madu. Salah satunya pada petani di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Riau.
Baca juga: Prospek Budidaya Lebah Trigona sp di Riau
Kegiatan terbaru Tim perlebahan BP2TSTH Kuok yang diwakili Avry Pribadi,S.Si, M.Sc dan Michael Daru Enggar Wiratmoko,S.Hut, adalah memberikan pelatihan budidaya stingless bee dari jenis Trigona itama kepada 4 kelompok tani hutan (KTH) binaan Balai TNBT dari Resort Siambul dan Resort Keritang. Kegiatan berlangsung selama sebelas hari, 3-13 November 2019, meliputi tatap muka teori dan praktek di beberapa dusun.
“Kegiatan tahun ini adalah rangkaian dari kerjasama BP2TSTH dengan Balai TNBT beberapa tahun yang lalu. Sebelumnya telah kita beri materi teknis budidaya lebah tingkat pemula sehingga tahun ini dilanjutkan untuk tingkat terampil,” jelas Avry.
Kegiatan ini merupakan kemitraan antara BP2TSTH Kuok dengan Balai TNBT untuk mengedukasi masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. Bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis masyarakat yang tergabung didalam Kelompok Tani Hutan (KTH), kurikulum yang dijalankan difokuskan pada penanganan pasca panen, strategi marketing hingga diversivifikasi produk perlebahan.
Madu lebah merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu yang sudah tidak asing lagi bagi praktisi kehutanan. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi pengelola kawasan TNBT khususnya pada zona pemanfaatan.
“Kerjasama ini layak dan masih akan terus kita lakukan untuk dikembangkan di zona yang terdapat masyarakat di dalamnya. Lebah madu merupakan salah satunya saja, disamping itu kita juga tengah bermitra untuk komoditi rotan klukup dan pembangunan mikrohidro. Namun yang menarik adalah apa yang kita sampaikan mengenai perlebahan ini adalah hasil kegiatan litbang sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi tim untuk menyampaikan hasil riset ini agar berdaya guna dan aplikatif,” ujar Kepala Balai TNBT, Fifin Arfiana Jogasara, S.Hut, M.Si.
Harapan terbesar masyarakat tentunya hasil kegiatan ini akan berdampak pada kegiatan mata pencaharian mereka. “Kami menyambut baik kegiatan yang merupakan kolaborasi instansi pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat. Kami masih berharap dengan adanya kegiatan bersama ini masyarakat akan semakin paham bahwasanya program pemerintah berbasis lingkungan hidup dan kehutanan ditujukan untuk memberdayakan masyarakat,” ujar Drs. Azwir Zarmi MH., Camat Kemuning, dalam sambutan pembukaan pelatihan.
Begitu banyak stakeholder yang menantikan terobosan iptek yang berdaya guna untuk diaplikasikan dimasyarakat. Tantangan ini sudah menjadi trendsetter oleh pada peneliti dan akademisi semenjak diberlakukannya Undang-undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tahun 2019 yang mengamanatkan untuk bermitra (ES & MDE).