Dientry oleh Dyah Puspasari - 26 November, 2019 - 735 klik
BP2TSTH-BTNBT Bersinergi di Zona Tradisional

BP2TSTH (Siambul, November 2019)_Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok dan Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh (BTNBT) bersinergi memberdayakan masyarakat di zona tradisional Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Kegiatan ini telah diinisiasi pada 2017 lalu dengan membentuk kelompok tani hutan (KTH) hingga pejanjian kerjasama.

Baca juga: Membudayakan Stingless Bee di Kawasan Bukit Tigapuluh

Zona tradisional, secara vegetasi merupakan suksesi sekunder dalam bentuk perkebunan rakyat dan juga semak belukar. Pada 2019, pengelolaan zona dalam kawasan TNBT tersebut dilakukan di bawah koordinasi Resort Siambul Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah 2 Belilas Riau. Resort ini secara administratif berada di Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

“Kerjasama pemberdayaan masyarakat di zona tradisional TNBT pada tahun kedua ini dilakukan dengan skema teori dan praktek yang mencakup penanganan pasca panen dan diversifikasi produk perlebahan. Hal ini dengan pertimbangan bahwa secara teknis anggota KTH telah menguasai dan mampu memproduksi madu dari lebah kelulut sehingga dirasa pas untuk memberikan pengetahuan lainnya,” ujar Syasri Jannetta, SP, ketua tim perlebahan BP2TSTH Kuok.

Kegiatan ini berlangsung selama delapan hari pada 4-12 November 2019 dengan peserta sekitar 73 orang yang berasal dari 4 KTH, yakni  KTH Batu Berdiri di Dusun Sadan, KTH Bomban Berduri di Dusun Air Bomban, KTH Kasih Alam di Dusun Nunusan, dan KTH Tualang Sejahtera di Dusun Tualang.  Tim perlebahan BP2TSH Kuok sebagai pelaksana, didampingi  didampingi oleh penyuluh kehutanan BTNBT yaitu Fonda Amelia Sarah, S.Hut dan Nur Hajjah, S.Hut serta beberapa anggota polisi kehutanan dari Resort Siambul.

“KTH yang telah dibentuk hingga tahun ketiga ini telah memiliki progres yang cukup signifikan diantaranya telah mampu memproduksi madu kelulut setahun belakangan. Padahal alih teknologi oleh tim perlebahan litbang Kuok dilakukan pada semester kedua tahun 2018. Ini artinya potensi pakan lebah di dusun–dusun tersebut sangat melimpah dan berhasilnya transfer iptek mengenai teknis budidaya lebah kelulut,” papar Fonda, dalam perjalanan menuju lokasi.

Senada hal tersebut, Kepala Resort SPTN Wilayah II Siambul, Lukman Hery Prasetyo, S.Hut., M.Eng berkata, “Sinergitas kegiatan dengan multipihak selalu dilakukan oleh BTNBT dalam scope pemberdayaan masyarakat lokal yang ditujukan untuk menjaga kawasan hutan konservasi. Skema kolaboratif BTNBT dengan BP2TSTH ini secara tidak langsung mengurangi intensitas masyarakat untuk mencari nafkah didalam kawasan,” jelasnya.

Baca juga: Potensi Budidaya Lebah Penghasil Madu di Indragiri Hilir, Riau

Paket iptek perlebahan, bagi BP2TSTH memang sudah tidak asing lagi. Sejak tahun 2013, alih teknologi untuk transfer pengetahuan teknis ini hampir rutin dilakukan dengan skema kerja sama. Stakeholder yang mengundang meliputi instansi pemerintah maupun swasta dengan target peserta yang lebih variatif.

Pengelolaan zona tradisional TNBT ini menjadi tantangan tersendiri.  Di satu sisi, secara sosial kultur anggota KTH pada keempat dusun ini adalah suku talang mamak dan melayu tua yang memiliki ketergantungan hidup dengan hutan yang sangat tinggi. Di sisi lain, akses yang lumayan sulit karena hanya dapat dicapai dengan bersampan mesin selama 6 jam menyusuri Sungai Batang Gansal serta keterbatasan informasi dari luar, membuat proses transfer knowledge membutuhkan penyederhanaan mekanisme.*(ES & SJ).

Penulis : Eko Sutrisno & Syasri Jannetta