Dientry oleh Risda Hutagalung - 10 December, 2019 - 516 klik
Kemitraan Lanskap Berkelanjutan di Sumatera Selatan sebagai Model Aksi Iklim

Nomor: SP. 497/HUMAS/PP/HMS.3/12/2019
Madrid, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa, 10 Desember 2019.
Partnership atau Kemitraan menjadi kunci sukses keberhasilan kelola sumberdaya alam. Aktor di tingkat multiskala, tingkat lapang atau praktisi, di tingkat nasional dan internasional, baik secara individual maupun berkelompok, sebagai pemerintah, non pemerintah maupun swasta, menentukan isu penggunaan sumberdaya alam masa kini maupun masa mendatang.
 
Demikian kesimpulan diskusi panel “Partnership in Sustainable Landscape Management in South Sumatra as a Model for Climate Action” yang diselenggarakan di Paviliun Indonesia dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim (COP25 Madrid) pada Kamis, 5 Desember 2019 yang dipandu oleh Soeryo Adiwibowo, Penasehat Senior Menteri LHK.
 
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno menekankan bahwa Kemitraan dengan melibatkan aktor di berbagai level dan berbagai institusi merupakan kunci keberhasilan pelestarian lanskap di lokasi Dangku Sembilang Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Ditambahkan bahwa kerjasama antara pemkab Musi Banyuasin, Balai KSDA Sumatera Selatan dan Pemprov Sumatera Selatan dengan lembaga konservasi internasional ZSL, yang juga dikawal di tingkat nasional telah menunjukkan hasil yang semakin menggembirakan.
 
Konsistensi leadership mulai dari Pusat, kabupaten sampai dengan ke tingkat tapak menjadi faktor kunci untuk keberhasilan kelola landscape Dangku Sembilang.
 
Ditegaskan oleh Dicky Simorangkir, Program Koordinator ZSL, program kemitraan merupakan langkah strategis untuk mencegah dampak negatif dari lemahnya koordinasi pembangunan sektoral. Disamping itu, kemitraan lanskap juga berpotensi mencegah konflik penggunaan ruang di tingkat lokal, meminimalkan konflik akses sumberdaya serta menghindari resiko penguasaan lahan.
 
Program ini melibatkan pihak swasta dan masyarakat setempat untuk mendorong konservasi zona riparian, mendorong pelaksanaan HCV di berbagai lokasi: termasuk di wilayah kandungan karbon tinggi, pertambangan, perkebunan dan juga pemukiman lokal.
Program kemitraan di tingkat lanskap berhasil menyelamatkan hutan yang tersisa di Musi Banyuasin, serta merestorasi habitat satwa langka, membangun perekonomian setempat dan juga menciptakan koridor satwa. (*)
 
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Djati Witjaksono Hadi – 081977933330

Sumber: http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2238

 

Penulis : PPID