- Strategi Media Sosial BP2TSTH dalam Penyebaran Informasi Litbang – Baca Selanjutnya
- FORDA Survey – Baca Selanjutnya
- Laporan Kinerja BLI Tahun 2017 (informasi pelaksanaan kegiatan di BLI) – Baca Selanjutnya
- Berbagai Potensi dan Peluang Penelitian bagi Mahasiswa di BP2LHK Aek Nauli – Baca Selanjutnya
- Mengubah Limbah Kayu Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran Menjadi Arang Kompos dan Cuka Kayu – Baca Selanjutnya
- PUI 2018, Balitek DAS akan Bersinergi dengan B2P2BPTH Yogyakarta – Baca Selanjutnya
Dientry oleh
Risda Hutagalung -
22 December, 2019 -
1163 klik
Menristek/Kepala BRIN: Benih Unggul Kayuputih Babes Litbang BPTH, Solusi Menuju Swasembada Minyak Kayuputih
Babes Litbang BPTH (Yogyakarta, Desember 2019) _Inovasi benih unggul kayuputih Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (Babes Litbang BPTH) Yogyakarta merupakan solusi menuju swasembada minyak kayuputih. Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D. saat melakukan penanaman bibit unggul kayu putih di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunungkidul, Rabu (18/12/2019). Bibit yang ditanam merupakan hasil pemuliaan tanaman kayuputih yang dilakukan sejak tahun 1995.
Sebelumnya dalam laporannya, Kepala Babes Litbang BPTH, Dr. Nur Sumedi, S.Pi., MP, menyebutkan pertimbangan utama dalam riset pemuliaan kayuputih ini adalah karena masih sangat rendahnya produktivitas minyak kayuputih nasional yang hanya mampu memasok 15% dari kebutuhan bahan baku industri obat-obatan dan farmasi dalam negeri.
“Akibatnya, kekurangan pasokan sebesar 85% dipenuhi dari impor minyak substitusi berupa minyak ekaliptus. Perlu kami sampaikan bahwa kebutuhan bahan baku minyak kayuputih untuk industri obat kemasan dalam negeri tercatat mencapai lebih dari ±3.500 ton per tahun,” kata Nur Sumedi.
Memperhatikan kondisi ini, Balai Besar Litbang BPTH, unit pelaksana teknis Badan Litbang dan Inovasi (BLI) di Yogyakarta ini melakukan riset pemuliaan tanaman kayuputih secara intensif dan berkelanjutan untuk peningkatan rendemen minyak dan kandungan senyawa 1,8 cineole. Dua karakter ini menjadi komponen utama dalam peningkatan produktivitas tanaman kayuputih.
Dalam rangka percepatan swasembada minyak kayuputih, program penelitian kayuputih Babes Litbang BPTH, sejak tahun 2017 memperoleh hibah dari Kemenristek dalam program insentif inovasi industri. Pada tahun pertama dan kedua, bekerja sama dengan mitra industri PT. Sanggar Agro Karyapersada dalam pembangunan kebun kayuputih unggul di Bima, Nusa Tenggara Barat seluas 4.000 ha.
Terkait itu, Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya memastikan kebutuhan masyarakat Indonesia bisa dipenuhi sendiri dengan sumber daya sendiri. Bambang juga mendorong para peneliti termasuk peneliti di KLHK dan UGM untuk terus mencari substitusi atau jenis minyak atau material yang bisa mengganti materi yang selama ini masih didatangkan dari luar Indonesia.
“Nantinya kita akan melaunching pemakaian bibit unggul untuk minyak kayuputih yang kita harapkan rendemen dan produktifitasnya tinggi sehingga juga bisa mengurangi import, tapi yang lebih penting dari itu adalah yang menjadi pelaku dari menanam sampai memanennya adalah kelompok tani, dengan skema inti-plasma,” ujar Bambang penuh semangat.
Bambang juga mengapresiasi pihak swasta yang sudah bersedia menjadi off taker, karena ini artinya berhasil menciptakan kemitraan antara usaha menengah besar dengan kelompok tani yang menjadi plasma. Harapannya, model seperti ini tidak hanya ada di Gunungkidul, tapi juga bisa dikembangkan untuk lahan-lahan kayuputih lainnya terutama yang ada di wilayah Timur Indonesia.
Turut bangga atas apresiasi tersebut, Bupati Gunungkidul, Badingah, S.Sos. mengaku pemerintah Gunungkidul sangat termotivasi atas perhatian Kemenristek dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam hal ini Babes Litbang BPTH – BLI, yang terus mengupayakan berbagai penelitian dan inovasi teknologi dengan memanfaatkan produk hutan lokal di Kabupaten Gunungkidul.
“Kami mengusulkan dukungan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan kehutanan berbasis masyarakat dan juga pengembangan wana wisata, agar bisa meningkatkan kunjungan wisatawan, dan juga mendorong tumbuhnya perekonomian lokal,” ujar Badingah.
Tak ketinggalan, Dr. Anto Rimbawanto, peneliti penghasil benih unggul kayuputih ini menyampaikan bagaimana proses dan prospeknya. “Kayuputih membutuhkan perawatan sejak ditanam hingga berumur 2 tahun, setelah itu pohon kayuputih yang akan merawat petani karena petani tinggal menikmati hasilnya,” sebut Dr. Anto.***(mna)
Link terkait:
https://www.republika.co.id/berita/q2qnld368/ikhtiar-indonesia-menuju-swasembada-minyak-kayu-putih
https://www.antaranews.com/berita/1214291/menristek-tanam-bibit-unggul-kayu-putih-di-gunung-kidul
http://kabarhandayani.com/menristek-tanam-bibit-unggul-kayu-putih-10-tahun-lagi-impor-berhenti/
https://pidjar.com/upaya-tekan-impor-menristek-buka-lahan-kayu-putih-di-gunungkidul/20308/
https://jogja.polri.go.id/polres_gunungkidul/polsek_playen/website/?p=11574
Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :
Jl. Palagan Tentara Pelajar KM15 Purwobinangun Pakem Sleman DI Yogyakarta (Indonesia)
Email : breeding@biotifor.or.id
Website : www.biotifor.or.id
Instagram : www.instagram.com/biotifor_jogja
Facebook : www.facebook.com/Balai-Besar-Litbang-BPTH-187407891327294
E-Journal : http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPTH/index