Dientry oleh Risda Hutagalung - 23 December, 2019 - 754 klik
Peran Strategis Badan Litbang dan Inovasi KLHK di Ibu Kota Negara Baru

BLI (Jakarta, Desember 2019) _Badan Litbang dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki peran strategis di Ibu Kota Negara (IKN) baru, mulai dari proses pemindahannya maupun pengembangannya kedepan. Hal ini disampaikan Plt. Inspektur Jenderal KLHK, Laksmi Wijayanti selaku koordinator Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) kepada awak media saat konferensi pers di Media Center KLHK, Jumat (20/12/2019).

“Secara khusus, Presiden dalam arahannya mengatakan, pemindahan ibu kota ini adalah ajang melakukan transformasi ekonomi, sosial dan budaya, dan menjadikan ini sebagai motor penggerak inovasi. Harapannya, IKN akan menjadi pusat inovasi sesuai dengan kluster-kluster yang dibangun di sana. BLI akan banyak berperan di sini,” ujar Laksmi.

Terkait lanskap, Laksmi mengatakan, IKN yang baru akan dijadikan model percontohan bagi dunia tentang bagaimana ibu kota berada dalam lingkungan ekosistem hutan hujan tropis. Karena itu, tim KLHS sepakat akan melakukan restorasi.

“Untuk itu, KLHK siap melakukan restorasi, karena kita sudah punya beberapa modal utama. Salah satunya, kami sudah punya Balai Litbang Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) di sana, yang sudah menjadi bank data dan informasi genetik dari banyak spesies asli Kalimantan,” ujar Laksmi.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK, Sigit Hardwinarto. Menurutnya, peran BLI akan sangat besar dalam pembangunan dan pengembangan IKN. Pengembangan IKN diarahkan pada pengembangan Iptek untuk menciptakan lapangan kerja baru dan membantu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), semuanya untuk menyejahterakan masyarakat sekitar IKN.

“KLHK dalam hal ini Badan Litbang (BLI) akan berperan strategis terhadap orientasi kluster riset dan kluster inovasi, sebagai pusat riset, inovasi dan teknologi nasional,” ujar Sigit.

Terkait Balitek KSDA Samboja yang berada di lokasi IKN, kata Sigit, kondisinya sangat menakjubkan menurut Menteri LHK yang baru-baru ini berkunjung ke sana.

“Di sana ada herbarium mulai dari zaman Belanda sampai sekarang lengkap. Juga ada penemuan jenis-jenis baru di kawasan IKN. Harapan bu menteri (LHK), (Balitek KSDA) itu bisa dikembangkan sebagai pusat menyongsong adanya kluster riset dan kluster inovasi,” ujar Sigit.

Hal ini sesuai arahan Presiden bahwa pembangunan IKN menggunakan konsep smart city dan forest city atau biasa disebut bush capital. Hal ini bertujuan untuk transformasi ekonomi, ditandai dengan dibangunnya kluster-kluster, seperti kluster pendidikan, kluster riset, kluster inovasi selain kluster pemerintah dan kesehatan. Sasarannya adalah penciptaan lapangan kerja baru dan mendorong UMKM.

Sebelumnya, pada kesempatan yang sama, Kepala BLI, Agus Justianto memaparkan hasil kajian dan rekomendasi para peneliti terkait aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Hasil kajian dan rekomendasi tersebut telah dimasukkan dalam KLHS yang saat ini sedang dalam proses finalisasi.

Terkait konsep Forest Smart City yang diusung pemerintah, BLI merekomendasikan pentingnya memiliki kriteria pengamanan lingkungan yang jelas di IKN baru ini. Mempertahankan keberadaan hutan minimal 50% dan 50% untuk pembangunan kota IKN adalah salah satu rekomendasi peneliti BLI. 

“Pembangunan kota dan fasilitas umum di IKN juga harus mengacu kepada prinsip kota hijau (green city) dan kota cerdas (smart city). Bangunan kantor dan pelayanan publik harus menggunakan prinsip bangunan ramah lingkungan (green building); serta alat dan moda transportasinya harus yang ramah lingkungan dan bebas polusi (green and smokeless transporation mode),” ujar Agus.***RH

Penulis : Risda Hutagalung